Senin, 08 September 2014

SEBARAN KERAGAMAN BUDAYA



1.  KONSEP BUDAYA
 
a.   Budaya dan Kebudayaan

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia.

Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem mencakup segala hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Karya yaitu masyarakat yang menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada keperluan masyarakat. Rasa atau karsa yang meliputi jiwa manusia yaitu kebijaksanaan yang sangat tinggi di mana aturan kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan nilai-nilai sehingga denga rasa itu, manusia mengerti tempatnya sendiri, bisa menilai diri dari segala keadaannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai-­nilai budaya yang berlaku. Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.

Dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.

b.   Budaya Nasional

Secara umum, budaya dibedakan menjadi dua macam, yaitu budaya daerah dan budaya nasional. Budaya daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut.  Budaya daerah muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk di wilayah lain. Budaya daerah sendiri mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan terdahulu. Itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain. Dari bermacam-macam budaya daerah tersebut maka muncullah sesuatu yang disebut Budaya Nasional.

Budaya nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di negara tersebut. Budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan daerah lain di suatu negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari negara tersebut. Misalkan daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua daerah di negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
  
 



 

 

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional.

Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari pernyataannya:




Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Di samping terdapat istilah kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional,  juga terdapat istilah kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.






2.  KONSEP KERAGAMAN BUDAYA NASIONAL


Keragaman budaya atau “cultural diversity” di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta orang, mereka tinggal tersebar di pulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Berkaitan dengan sejarah, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi Bukan hanya antar kelompok sukubangsa yang berbeda, tetapi meliputi antar peradaban yang ada di dunia.

Di Indonesia pada saat itu adalah sebuah wilayah dari kerajaan besar Mataram dan Kerajaan Sriwijaya mempengaruhi penyebaran agama Hindu-Budha sampai akhirnya agama Islam masuk dan banyak dipeluk oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, ini juga menjadi faktor penentu beragamnya budaya di Indonesia. Selain itu, labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.

Di samping karena sejarah demikian, letak Indonesia secara umum juga menjadi penyumbang kenapa terdapat beranekaragam budaya di Indonesia. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai merauke menyimpan begitu banyak budaya. Hal inilah yang selanjutnya akan dipelajari pada sub materi selanjutnya.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.  Indonesia memang banyak dikenal dengan keanekaragaman budaya yang ada. Terdapat begitu banyak budaya yang ada. Kebudayaan itu sendiri sangat bermacam-macam, mulai dari teknologi, bahasa, kesenian, dongeng, atau tradisi daerah yang beragam. Setiap daerah di Indonesia, memiliki kebudayaan-kebudayaan itu dengan ciri khas masing-masing. 



3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA

a. Keragaman Suku Bangsa

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman suku bangsa terbesar di dunia. Terdapat setidaknya 400 kelompok etnis yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya.

Asal-muasal bangsa Indonesia bermula pada saat  periode zaman es akhir (20.000 – 14.000 tahun yang lalu), ketika pada jaman es, samudera di sekitar kutub membeku,  sehingga mengakibatkan volume air di wilayah khatulistiwa berkurang. Akibatnya, laut wilayah Indonesia jatuh hingga 135 meter dengan laju penurunan 7-9 mm per tahun. Laju penurunan ini masih di luar persepsi manusia namun dalam jangka waktu panjang dapat terlihat jelas. Dalam 150 tahun misalnya, bibir pantai telah tertarik jauh karena penurunan 1 meter permukaan laut. Sumatera, Jawa, dan Kalimantan menyatu menjadi satu daratan yang terhubung langsung dengan benua Asia. Daratan ini disebut sebagai Dangkalan/Paparan Sunda. Hal yang sama terjadi di wilayah timur tepatnya di Nusa Tenggara. Laut di wilayah mereka jatuh dan membuat wilayah ini menyatu dengan Australia membentuk apa yang disebut sebagai Paparan Sahul.

Di sebelah barat dan selatan paparan Sunda dibatasi oleh rangkaian pegunungan berapi yang membentang dari Sumatera hingga Jawa. Laut Jawa dan Selat Karimata yang mengering berubah menjadi padang rumput terbuka, dataran banjir, dan rawa-rawa. Hutan yang ada tidak terlalu lebat karena iklim cenderung kering akibat penumpukan es yang besar di belahan utara dan selatan Bumi.

Papapan Sunda adalah sebuah daratan yang luas. Sungai-sungai begitu panjang. Sungai Kapuas dan sungai Musi misalnya, bermuara di Laut China Selatan, jauh di utara dekat Vietnam sana. Sementara itu, sungai-sungai dari Jawa dan Kalimantan Tengah dan Selatan bermuara di Laut Flores. Di bagian muara ke Laut Flores, sungai muncul berliku-liku karena platform yang penuh rawa. Wilayah ini penuh dengan reptil seperti ular dan buaya sehingga kemungkinan besar tidak dihuni manusia.

Manusia menghuni wilayah Paparan Sunda yang ada dalam segitiga Sumatera-Jawa-Kalimantan. Masyarakat ini berasal dari daratan benua Asia, masuk lewat Thailand atau Semenanjung Malaya. Mereka menghuni wilayah khususnya di tepian sungai besar. Di sini mereka berburu mamalia, burung, dan ikan dengan alat-alat sederhana seperti tombak kayu dan sebagainya yang termasuk barang-barang dari kayu atau batu yang tidak terlalu keras. Hal ini disebabkan sumber utama batu yang umum digunakan dalam peradaban zaman batu seperti batu untuk bahan dasar kapak, parang, dan mata panah terdapat hanya di satu titik yaitu di daerah Bangka Belitung.

Masyarakat ini disebut masyarakat Austro-Melanesia dan telah hidup di wilayah ini bahkan sebelum zaman es terjadi. Masyarakat Austro-Melanesia ini telah tinggal setidaknya sejak 35 ribu tahun lalu. Jadi leluhur orang Indonesia yang pertama dapat dipandang berasal dari masyarakat Austro-Melanesia ini. Karena udara yang kering dan banyaknya padang rumput, kebakaran hutan kerap terjadi. Wilayah Kalimantan merupakan wilayah yang paling sering mendapat kebakaran hutan dan Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di Kalimantan Timur terdorong untuk mengungsi menyeberang ke Sulawesi, tepatnya di  Tonasa dan Kapposang.

Ketika zaman es berakhir (14.000-6.000 tahun yang lalu), kutub kembali mencair dan air kembali memenuhi lautan yang kering. Air laut memasuki Paparan Sunda dan memisahkan Kalimantan dengan Sumatera dan Jawa yang masih menyatu dan akhirnya terpisah oleh Selat Sunda. Masyarakat Austro-Melanesia yang tinggal di paparan terpaksa menyebar ke dalam tiga arah. Ke Sumatera di barat mereka menjadi leluhur Batak dan Minang. Ke Jawa di selatan mereka menjadi leluhur orang Sunda dan Jawa. Ke Kalimantan di timur, mereka menjadi leluhur orang Dayak. Mereka masuk ke pulau-pulau baru ini lewat sungai-sungai besar. Mereka pada umumnya tinggal di gua-gua besar di pegunungan seperti di wilayah Bandung, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Ketika jumlah populasi telah besar, gua tidak cukup menampung, dan mereka menyebar ke sekeliling. Indonesia dipenuhi hutan lebat karena masuknya nutrisi dari kutub dan berubahnya iklim menjadi lebih hangat.

Pada saat zaman es berakhir, sekelompok masyarakat pelaut dari Yunan, Cina Selatan datang ke Indonesia. Dikatakan masyarakat pelaut karena mereka datang dengan melindasi perairan selat antara Yunan, Cina Selatan (Taiwan), kepulauan Philipina, dan Laut Sulawesi. Mereka datang ke Indonesia dalam tiga aliran.

Aliran pertama berpisah di Pulau Palawan Philipina mengambil jalur ke Sabah di Kalimantan. Mereka berasimilasi dengan masyarakat Austro-Melanesia yang telah ada lebih dahulu sehingga masyarakat Dayak yang ada sekarang dapat dipandang sebagai campuran antara Austro-Melanesia  dan orang pelaut ini. Gelombang kedua berpisah dengan aliran ketiga di wilayah Sangir Talaud. Dari Mindanau mereka menyeberang ke Sangir Talaud lalu mengambil dua arah. Arah pertama menuju ke Sulawesi Utara terus ke selatan memenuhi seluruh Sulawesi seperti Buton dan Bugis. Masyarakat pelaut yang mencapai wilayah Sulawesi Selatan berasimilasi dengan penduduk Austro-Melanesia yang telah lebih dahulu hadir dari Kalimantan. Mereka dapat dipandang sebagai leluhur Bugis. Karena konflik, kompetisi, atau letusan gunung, mereka meneruskan perjalanan dari Sulawesi menuju Takabonerate, menyeberangi Laut Flores, dan tiba di Nusa Tenggara, tepatnya di Flores. Flores merupakan wilayah yang sering diterjang tsunami dan kemungkinan ini pula yang mendorong mereka untuk menyeberang lebih jauh ke selatan yaitu ke Pulau Sumba dan ke Timor.

Arah kedua menyeberang ke Halmahera menuju ke Papua. Mereka pertama mendarat di wilayah Papua Utara. Papua Utara dan Selatan dihalangi oleh Pegunungan Jayawijaya yang tinggi dan tertutup salju. Seiring semakin menghangatnya iklim, salju tertarik menuju puncak dan jalan lembah menuju ke selatan terbuka. Mereka sebagian menyeberang ke selatan dan memenuhi Papua Selatan. Menariknya catatan prasejarah mengenai penemuan cara membuat api ditemukan di Danau Hogayaku, Papua dan berasal dari 14 ribu tahun yang lalu.

Gambar 1 Migrasi Leluhur Orang Indonesia

Pada zaman resen (6.000 tahun yang lalu – sekarang), seluruh pulau besar di Indonesia relatif telah berpenghuni. Masyarakat pelaut dan Austro-Melanesia telah berasimilasi sehingga membentuk berbagai kebudayaan unik di seluruh penjuru Nusantara. Penyebaran ini didukung oleh teknologi pelayaran yang baik. Sebagian dari masyarakat pelaut menyebar hingga ke Australia dan berasimilasi dengan penduduk Aborigin yang telah tinggal lama di sana, mungkin juga berasal dari Austro-Melanesia. Mereka juga menyebar ke Selandia Baru dan mungkin menjadi leluhur orang Maori. Ke barat, mereka menyeberang hingga ke Afrika Timur. Di Madagaskar misalnya, ditemukan bahasa yang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah salah satu etnik Dayak di Kalimantan. Diduga masyarakat Dayak telah menyebar dan mengkoloni Madagaskar sejak abad ketiga sebelum masehi.

Masyarakat Dayak yang tinggal di pesisir Kalimantan (barat dan utara) pada masa 1500 tahun lalu menjadi leluhur orang Melayu di Sumatera dan Semenanjung Malaya. Mereka menyeberang karena didorong oleh perdagangan dan teknologi pelayaran yang cukup maju. Berdasarkan paparan di atas , dapat dibuat sebuah pohon evolusi suku-suku di Indonesia. Pohon evolusi ini dapat digambarkan sebagai berikut:












Bagan 1. pohon evolusi suku-suku di Indonesia


Evolusi inilah yang selanjutnya menghasilkan keanekaragaman suku-suku yang ada di Indonesia. 

b. Keberagaman bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf membagi rumpun bahasa ini ke dalam subrumpun:
1.   Bahasa-bahasa Austronesia barat atau Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
·       Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia barat)  meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo, Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.
·       Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat.
2.   Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
·       Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian) Melanesia (dari bahasa Yunani “pulau hitam”) adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
·       Bahasa-bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia).


c. Keberagaman religi

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Keanekaragaman agama di Indonesia merupakan identitas alamiah yang sudah ada sejak dulu. Kemerdekaan beragama di Indonesia dijamin oleh negara yang tertuang dalam Undang-Undang dasar 1945, tepatnya pada pasal 29 ayat 2. Kemajemukan agama ini hendaknya dipelihara dan disyukuri dengan sikap tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, baik terhadap orang yang beragama sama dengan diri kita maupun bebeda agama, baik terhadap kelompok minoritas maupun mayoritas. Agama yang tumbuh dan berkembang dinusantara adalah agama Islam, Kong Hu Cu, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama  resmi negara, namun sejak pemerintahan masa Abdurrahman Wahid istilah agama resmi dihapuskan.
Perbedaan agama menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi adanya keragaman kebudayaan Indonesia, contohnya kebudayaan besar seperti kebudayaan Tiong Hoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Budha di negara Indonesia jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara( Sriwijaya) . Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.         
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok. Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk Kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

d. Keberagaman seni dan budaya
Suku bangsa yang beragam di Indonesia tentu menghasilkan kebudayaan yang beragam pula. Salah satu wujud itu adalah kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa dan sebagainya.
  



4. SEBARAN KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA

a. Sosial

Keragaman budaya Indonesia dipengaruhi oleh keadaan sosial yang ada. Keadaan sosial ini berkaitan erat dengan ras dan suku bangsa. Banyaknya pulau menjadikan Indonesia menjadi negara yang memiliki banyak ras dan suku.  Berikut beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia yang bersumber dari http : //wikipedia.org/wiki/ suku_bangsa_indonesia.





Tabel 1. Persebaran Suku Bangsa di Indonesia

b. Teknologi

Kebudayaan teknologi yang dimaksud adalah budaya masyarakat dalam menemukan beberapa hal penting sebagai penunjang hidup. Masyarakat akan selalu mencari dan menciptakan teknologi yang lebih maju sejalan dengan perkembangan otak serta meningkatnya kebutuhan hidupnya. Macam-macam budaya teknologi adalah :



1.   Senjata
Senjata adalah teknologi ciptaan manusia yang berfungsi untuk melukai, digunakan baik dalam hal menyerang ataupun melindungi diri dari ancaman. Di Indonesia sendiri, tiap daerahnya punya senjata dengan ciri khas bentuk masing-masing. Misalnya, rencong dari Aceh, keris dari Jawa Tengah, atau Mandau dari Kalimantan. Selain itu, senjata juga diperlukan untuk membantu manusia menjalankan aktivitas sehari-hari misalnya untuk memotong kayu. Senjata mungkin dikenal dengan kemampuannya untuk melukai namun senjata yang dihasilkan oleh masing-masing daerah yang ada di Indonesia justru menjadi hasil budaya yang memperkaya budaya Indonesia.

2.  Pakaian
Pakaian merupakan salah satu teknologi ciptaan manusia yang berfungsi menutup atau melindungi tubuh. Setiap daerah di Indonesia punya pakaian adat yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Contoh macam-macam budaya pakaian adalah baju bodo dari Sulawesi atau kebaya dari Jawa.  Pakaian yang memang memiliki fungsi dasar untuk menutupi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh sistem masyarakat yang ada. Sebut saja sebagai baju bodo yang berasal dari Sulawesi masih menunjukkan pengaruh agama Islam dimana memang pada jaman dahulu kebanyakan masyarakat Sulawesi memeluk agama Islam. Lain halnya dengan pakaian tradisional dari Bali dimana bentuknya sangat dipengaruhi oleh agama Hindu. Hal ini menunjukkan bahwa penciptaan pakaian banyak dipengaruhi oleh hal-hal lain dalam kehidupan manusia.
Tak hanya pakaian itu sendiri, Indonesia memiliki beragam kain unik yang menjadi bahan utama pakaian. Misalnya saja kain batik atau kain songket, semua kain memiliki corak dan cara pembuatan yang berbeda-beda. Indonesia memang dikenal sangat kaya dengan hasil budaya pakaian ini. Sebut saja batik dengan beragam motif dan corak yang telah dikenal dunia internasional dan mengharumkan nama Indonesia.

Berikut tabel yang berisi beberapa daftar senjata, tarian, pakaian dan rumah tadisional dari berbagai daerah di Indonesia.











Tabel 2. Senjata, tarian, pakaian dan rumah tradisional beberapa daerah di Indonesia

3.  Sistem transportasi
Teknologi yang satu ini diciptakan untuk memudahkan manusia untuk mencapai suatu tempat tujuan dengan lebih mudah. Di Indonesia ada beberapa kendaraan khas, misalnya perahu pinisi dan andong/dokar yang menggunakan tenaga kuda. Bentuk-bentuk alat transportasi yang ada juga mengikuti kondisi alam yang ada di daerah setempat. Misalnya daerah Kalimantan yang bentuk geografisnya banyak memiliki sungai maka kebanyakan alat transportasi yang diciptakan dan digunakan adalah bentuk perahu atau kapal.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berupa dataran rendah maka alat transportasinya andong. Selain dipengaruhi oleh letak geografis, bentuk alat transportasi ini pun juga dipengaruhi oleh  faktor kepercayaan dan tradisi masyarakat yang ada.

4.  Rumah/bangunan
Indonesia memiliki begitu banyak rumah adat dengan ciri khas masing-masing daerah. Macam-macam budaya rumah adat misalnya rumah joglo dari Jawa, rumah gadang dari Sumatera Barat, atau tongkonan dari Sulawesi Selatan. Itu hanyalah sebagian contoh, dan masih banyak rumah-rumah adat yang lainnya di Indonesia yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Bentuk dan motif rumah juga dipengaruhi oleh letak geografis daerah masing-masing. Sebut saja rumah Panggung yang dibuat bertingkat untuk menghindari serangan hewan buas dan datangnya banjir.
Bentuk rumah juga dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan yang ada. Sebut saja rumah Lamin yang dibuat besar untuk seluruh anggota kampung karena  beranggapan bahwa semua anggota kampung adalah satu keluarga yang harus tinggal dalam satu rumah.

c. Kesenian
Budaya Indonesia tak lepas dari aspek kesenian daerah. Kesenian itu sendiri adalah ekspresi manusia yang bisa dinikmati oleh mata dan telinga. Di Indonesia, ada bermacam-macam kesenian diantaranya :

1.   Sastra (bahasa)
Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Di Indonesia, kita bisa menemukan macam-macam budaya bahasa, seperti bahasa Jawa, bahasa Bali, dan masih banyak lagi. Semua memiliki pengucapan yang berbeda-beda dan disatukan oleh bahasa nasional Indonesia.
Seni sastra juga mencakup cerita atau dongeng rakyat, biasanya berkaitan erat dengan asal-usul suatu daerah atau cerita kerajaan zaman dahulu. Misalnya cerita Tangkuban Perahu, Timun Mas, atau cerita Malin Kundang yang sangat sarat akan pesan moral.




2.  Lagu
Pernah dengar lagu Apuse? Ampar-Ampar Pisang atau Cing Cangkeling? Semua lagu-lagu dengan bahasa daerah itu merupakan budaya kesenian yang melekat hampir di seluruh penduduk Indonesia.

3.  Tarian
Di berbagai daerah, terdapat kesenian berupa tari-tarian sebagai wujud ekspresi manusia terhadap berbagai hal. Misalnya terhadap perang, penyambutan tamu, atau rasa syukur saat panen tiba. Contoh macam-macam budaya tari adalah tari saman dari Aceh, tari pendet dari Bali, atau tari lulo dari Sulawesi Tenggara.

4.  Alat musik
Lagu dan tarian tak akan lengkap tanpa musik. Di Indonesia, musik-musik daerah dimainkan oleh beragam alat musik yang memiliki suara indah. Contohnya adalah angklung yang terbuat dari bambu, gamelan yang dibuat dari besi, atau sasando yang merupakan alat musik petik dengan suara indah.

Itu adalah beberapa contoh dari macam-macam budaya yang ada di Indonesia. Kekayaan kita yang berharga ini hendaknya dilestarikan agar tidak tenggelam oleh perkembangan zaman. 

Jika disatukan maka berbagai budaya tersebut dapat diwilayahkan sesuai dengan persebarannya. Region budaya di Indonesia biasanya dibagi berdasar budaya suatu suku/ras yang besar, misalnya Region Budaya Jawa, Region budaya Sunda, Region Budaya Melayu, dan lain-lain. Budaya mempunyai cakupan yang luas, sehingga region budaya dapat dibuat berdasarkan unsur budaya tersebut, misalnya unsur bahasa, kesenian, mata pencaharian, adat-istiadat, makanan khas, bentuk tempat tinggal, dan lain-lain.

1. Region Budaya Batak
Region Budaya Batak sebagian besar mendiami daerah pegunungan Sumatera Utara, mulai dari perbatasan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah utara sampai ke perbatasan provinsi Riau dan provinsi Sumatra Barat disebelah selatan. Kehidupan masyarakat Batak dipengaruhi oleh beberapa agama seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Agama Kristen dan Islam sejak abad ke-19 telah masuk dan mempengaruhi masyarakat Batak. Menurut kepercayaan nenek moyangnya, orang-orang Batak mengenal tiga konsep jiwa atau roh yaitu tondi, sahala dan begu. Suku bangsa Batak menganut sistem kekerabatan patrilineal yaitu mengikuti garis keturunan dari pihak bapak atau laki-laki. Dalam hal kesenian,seperti yang telah ada pada tabel 1, kesenian Batak sangat kaya mulai dari seni tari hingga bangunan tradisional. Kesenian suku Batak juga tercermin dari motif-motif khas pada kain ulos, upacara kematian, pakaian adat dan lagu-lagu daerah.

2. Region Budaya Minangkabau
Region ini berada di wilayah Sumatera Barat, Separuh Daratan Riau, Bagian Utara Bengkulu, Bagian Barat Jambi, Pantai Barat Sumatera Utara, Barat Daya Aceh . Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari agama Islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang” sepanjang adat.

Suku Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal yaitu mengikuti garis keturunan dari pihak ibu atau perempuan. Kedudukan ayah berada diluar keluarga istri dan anak-anaknya. Kekuasaan dan kekayaan sepenuhnya di pihak istri dan anak-anaknya walaupun suaminya yang mencari nafkah.

3. Region Budaya Sunda
Berasal dan bertempat tinggal di daerah Pasundan, Jawa Barat. Daerah kebudayaan suku bangsa sunda secara geografis di sebelah timur di batasi oleh sungai Cilosari dan sungai Citanduy yang merupakan batas bahasa Sunda dengan bahasa Jawa. Dalam dialek bahasa sunda mengenal tingkatan dari yang paling halus sampai yang paling kasar.  Masyarakat sunda sebagian besar memeluk agama islam. Orang-orang sunda di kenal cukup ta’at dalam menjalankan ajaran agama islam. Namun di daerah-daerah pedesaan masih ada orang-orang sunda yang percaya pada hal-hal yang bersifat ghaib dan takhayul. Sistem kekerabatan suku bangsa sunda ialah parental yaitu mengikuti garis keturunan dari kedua orang tua (ayah dan ibu). Seni pertunjukan tradisional seperti calung, angklung, gendang pencak, debus, sisingaan,wayang golek dan sebagainya. Seni tari seperti tari jaipong, merak dan patilaras.

4. Region Budaya Jawa
Daerah kebudayaan suku bangsa jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau Jawa.  Berdasarkan tingkatannya terdapat dua macam dialek bahasa Jawa, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Bahasa Jawa ngoko digunakan kepada orang yang dikenal secara akrab, orang yang lebih muda dan orang yang lebih rendah status sosialnya. Bahasa Jawa karma dipakai untuk berbicara dengan orang yang belum dikenal secara akrab orang yang sebaya dalam usia maupun derajat, serta orang yang lebih tua umur dan status sosialnya.

Suku bangsa Jawa umumnya memeluk agama Islam. Selain itu, orang Jawa percaya pada suatu kekuatan yang disebut kesakten, seperti percaya kepada arwah leluhur, makhluk halus, jin, benda keramat dan sebagainya. Mereka yang percaya bahwa makhluk halus selain dapat mendatangkan keselamatan juga menimbulkan malapetaka. Untuk menghindarinya mereka berpuasa, mengadakan selamatan dan bersaji. Sistem kekerabatan suku Jawa adalah bilateral dengan Corak kesenian masyarakat jawa mencerminkan pengaruh seni budaya luar.  Orang jawa memiliki sejumlah pakaian adat, seperti pakaian adat solo, pakaian adat Yogyakarta dan pakaian adat Surakarta.

Seni bangunan tradisional Jawa memiliki bentuk-bentuk yang berbeda diantaranya bentuk joglo adalah rumah adat Jawa Tengah sedangkan bangsal kencono adalah bentuk keraton Yogyakarta. Jenis tarian yang paling terkenal, antara lain tari serimpi (tarian keratin pada masa lalu), tari kendalen (tarian keprajuritan), tari merak (tarian yang mengisahkan keindahan), tari jejer (tarian untuk menyambut tamu), tarian sacral bedhaya ketawang (tarian agar budaya keratin terus lestari), dan sebaginya.  Seni pertunjukan traisional Reog ponorogo.

5. Region Budaya Bali
Perbedaan pengaruh budaya Hindu-Jawa di daerah Bali pada zaman Majapahit dahulu, menyebabkan terbentuknya dua golongan masyarakat, yaitu Bali-Aga dan Bali-Majapahit. Bali-Aga kurang begitu dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Jawa. Sebaliknya, Bali-Majapahit sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha.
Suku Bali umumnya menganut agama Hindu-Bali. Ajaran agama Hindu-Bali mengandung unsur-unsur asli kebudayaan Bali yang telah lama berkembang. Orang Bali percaya pada satu konsep satu Tuhan dalam satu Trimurti, yaitu Brahma (dewa pencipta), Swiya (dewa penghancur), dan Wisnu (dewa pelindung).Semua ajaran itu tercantum pada kitab suci yang bernama Weda. Perkawinan di Bali  ditentukan oleh kasta. Wanita dari kasta tinggi tidak boleh menikah menikah dengan laki-laki dari kasta rendah begitupun sebaliknya. Seni bangunan  di Bali ampak pada bangunan candi yang banyak terdapat di Bali, seperti Gapura  Candi Bentar sedangkan tari tradisional bali antara lain tari sanghyang, tari barong, tari kecak dan sebagainya serta upacara keagamaan  yang terkenal adalah ngaben.

6. Region Budaya Dayak
Suku bangsa Dayak terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Mereka biasanya hidup di pedalaman. Suku Dayak terkenal dengan kepandaian menganyam kulit rotan yang berupa tikar, topi dan keranjang. Sistem religi suku bangsa dayak ialah Kaharingan (air kehidupan). Dalam mitologi kuno masyarakat dayak, air kehidupan itulah yang member kehidupan kepada manusia. Orang-orang dayak yang menganut agama tersebut mempercayai bahwa alam semesta itu penuh dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, sungai, danau, dan sebagainya. Sistem kekerabatan suku bangsa dayak adalah ambilineal, yaitu  garis keturunan dari laki-laki dan perempuan yaitu memungkinkan individu untuk memilih garis keturunan mereka sendiri. Sejak dulu, orang dayak dikenal pandai membuat kain tenun dari kapas dan kulit kayu. Pakaian adat asli laki-laki dayak disebut ewah (cawat) yang dibuat dari kulit kayu, sedangkan kau wanitanya menggunakan kain sarung dan baju yang juga terbuat dari kuit kayu.   Rumah adat orang Dayak dinamakan rumah panjang.  Tarian orang dayak banyak jenisnya, antara lain tari balean dades, tari tambun, dan tari bungai.


7. Region Budaya Bugis-Makassar
Daerah kebudayaan Bugis-Makassar meliputi daerah Sulawesi Selatan dan dibagi lagi menjadi empat suku bangsa yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Suku bangsa Bugis menggunakan bahasa Ugi dan suku bangsa Makassar menggunakan bahasa Mangasara. Sistem kepercayaan suku Bugis dibagi menjadi dua yaitu kepercayaan Lo Tang dan Agama Islam. Kepercayaan Lo Tang dalam bahasa bugis adalah kepercayaan yang menyembah Dewata Sawwa sebagai Tuhan. Sistem kekerabatan masyarakat bugis  disebut dengan assiajingeng yang tergolong bilateral/parental yitu sistem kekerabatan yang mengikuti lingkungan  pergaulan hidup dari ayah maupun dari pihak ibu atau garis keturunan berdasarkan kedua orang tua. Hubungan kekerabatan ini menjadi sangat luas disebabkan karena selain ia menjadi anggota keluarga ibu, ia juga menjadi anggota keluarga dari pihak ayah. Kerajinan rumah tangga yang khas adalah tenunan sarung sutra dari Mandar dan Wajo. Tenunan sarung samarinda dari bulukumba sangat terkenal tidak hanya di Nusantara, tetapi juga sampai keluar negeri.

8. Region Budaya Papua
Suku di Papua adalah suku-suku yang tinggal di pulau Papua, mereka satu rumpun dengan penduduk benua Australia asli yaitu suku/orang Aborigin. Suku papua yang berada di Indonesia yang menempati sisi sebelah barat Pulau Papua/West New Guinea terdiri atas 466 suku bangsa. Diantaranya yang terbesar jumlahnya adalah Dani, Ahmad, Bauzi,Asmat, dan Amungme. Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat ialah daerah pegunungan yang lebat di bagian Selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yang disebut bahasa Asmat, yang merupakan rumpun bahasa non-Melanesia (bahasa Irian-Papua). Suku bangsa Asmat mempercayai bahwa mereka merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia gaib di seberang laut di belakang ufuk matahari yang terbenam setiap hari.  Suku bangsa Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi dengan arwah leluhurnya. Upacara menghorati arwah leluhurnya dahulu berkaitan erat dengan menghias perisai dan mengukir topeng. Pembuatan patung dimeriahkan dengan pesta makan, nyanyian, dan tarian semalam suntuk.  Garis keturunan ditarik secara patrilineal (garis keturunan pria) dengan adat menetap sesudah menikah yang virilokal. Adat virilokal adalah yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap disekitar kediaman kaum kerabat suami.

Sistem kesenian suku bangsa Asmat erat kaitannya dengan sistem religi atau kepercayaan. Orang Asmat dikenal memiliki keahlian yang tinggi dalam bidang seni ukir, terutama ukir patung, topeng, perisai, tifa dan tombak. Selain itu juga ala-alat rumah tangga seperti kapak dari batu.

Suku asmat memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka yaitu tanah merah untuk menghasilkan warna merah, untuk menghasilkan warna putih dari kulit kerang yang sudah dihaluskan dan untuk menghasilkan warna hitam dari arang kayu yang dihaluskan.
  


Identifikasi Identitas Nasional


1. KONSEP IDENTITAS NASIONAL



a. Pengertian Identitas Nasional
Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik pisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak dapat dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme sebagaimana akan dijelaskan kemudian. 

Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa, secara fisiologi yang membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula dengan hal ini sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.

Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Sebelum memiliki identitas nasional, warga bangsa  telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.

b. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional
Terdapat empat unsur pembentuk identitas nasional yaitu :
1.   Suku bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bangsa.
2.  Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.

3.  Kebudayaan
Kebudayaan adalah  pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

4.  Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahsa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut : Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”. Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan. 

2. IDENTITAS NASIONAL



Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh para pendiri negara Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Bahasa nasional atau Bahasa Persatuan yaitu bahasa Indonesia
2.     Bendera negara yaitu sang merah putih.
3.     Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4.      Lambang Negara yaitu Pancasila
5.     Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6.      Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7.     Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8.     Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9.     Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
10.   Konsepsi wawasan nusantara

Contoh dari implementasi identitas nasional yaitu pada saat diadakanya upacara bendera setiap hari Senin di seluruh instansi sekolah maupun non sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur identitas negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, menyanyikan lagu nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada penutup di akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan dari tingkat SD hingga SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang melaksanakan upacara bendera.
 


3. WAWASAN NUSANTARA


Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wawasan juga mempunyai pengertian menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara tangggap indrawi. Kata nasional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata yang berasal dari istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam kehidupan berneegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah menegara. Nusantara perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua Australia.

Wawasan nasional merupakan “cara pandang” suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari filsafat bangsa Indonesia sesuai dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang pernah dialaminya. Esensinya, ialah bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi geografis, sejarahnya, serta kondisi sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.

Dengan demikian wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat, berrmartabat, serta menjiwai tata  hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara bersikap, cara berpikir, cara bertingkah laku bangsa Indonesia sebagai interaksi proses psikologis, sosiokultural, dengan aspek astagatra (kondisi geografis, kekayaan alam, dan kemampuan alam serta poleksosbud hankam).





Interaksi Global Dan Pengaruhnya
Terhadap Budaya Nasional



1.KONSEP GLOBALISASI



a. Pengertian Globalisasi

Interaksi global terjadi akibat adanya globalisasi. Globalisasi berasal dari kata global atau globe yang artinya dunia atau mendunia. Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Sementara itu, Albrow mengemukakan bahwa globalisasi adalah keseluruhan proses di mana manusia di bumi ini diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Dari beberapa definisi tersebut dapat dikatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek-aspeknya ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan yang lebih besar, sehingga manusia seolah-olah hidup tanpa sekat.

Di Indonesia globalisasi secara fisik ditandai dengan berkembang pesatnya pembangunan nasional, berdirinya hotel-hotel dan mall-mall, sistem transportasi yang semakin banyak. Globalisasi juga melahirkan tenaga-tenaga ahli dan orang-orang berpendidikan di Indonesia, karena agar tidak tertinggal dengan perkembangan negara lain, Indonesia berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya melalui penyediaan layanan pendidikan, belum lagi banyaknya sumber daya manusia Indonesia yang belajar di luar negeri dan telah kembali untuk memangun Indonesia. Hal ini tentunya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Individu yang sudah siap menghadapi persaingan global, tentunya telah memiliki kualitas diri yang baik. Namun, bagi individu yang belum siap, hal ini akan menyebabkan ia akan tergilas dengan perkembangan zaman.

b. Ciri-ciri Globalisasi

Terjadinya globalisasi tentunya ditandai dengan beberapa hal yang membuat globalisasi semakin pesat berkembang. Berikut ini merupakan ciri-ciri yang menyebabkan terjadinya globalisasi :
1.   Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, dan inflasi regional
2.  Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan
3.  Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO)
4.  Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

Dengan demikian, setiap manusia mempunyai peranan dalam mengambil bagaian terhadap perkembangan dunia. hal ini, terkadang membuat pemahaman dalam diri individu bahwa dunia adalah satu.


2. DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN NASIONAL




Globalisasi telah mempengaruhi semua aspek kehidupan dalam masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, dan bahkan budaya. Kebudayaan sendiri dapat diartikan sebagai nilai-nilai (value) atau persepsi yang dianut oleh masyarakat mengenai suatu hal. Nilai dan perspektif berkaitan erat dengan kejiwaan/psikologis manusia yang disadarinya. Sedangkan, kejiwaan sendiri berkaitan dengan apa yang dipikirkan. Pemikiran ini muncul karena adanya pendidikan dari apa yang ia pelajari di lingkungan. Sedangkan lingkungan menyediakan berbagai hal yang baik maupun yang buruk dan semua itu, sebelum diambil haruslah melalui filter yang baik, karena tanpa filter akan terjadi adopsi nilai yang buruk dan pada akhirnya menghasilkan manusia yang berbudaya buruk pula. Ciri-ciri terjadinya globalisasi terhadap kebudayaan, yaitu: 
a.   Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
b.  Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
c.   Berkembangnya turisme dan pariwisata.
d.  Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
e.   Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
f.   Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.  Sehingga proses persebaran budaya semakin cepat.
g.   Persaingan bebas dalam bidang ekonomi.
h.  Meningkatkan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa.

Globalisasi berpengaruh besar terhadap kebudayaan Indonesia, khusunya dalam bidang pembangunan. Namun, globalisasi juga berdampak buruk pada bangsa Indonesia. Persebaran arus informasi yang cepat, membuat siapa saja dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah. Dampak positifnya adalah informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan mudah, sistem pembelajaran menjadi semakin mudah, kebutuhan manusia semakin mudah terpenuhi, dan berbagai hal dapat diinformasikan dengan mudah. Namun, kemudahan ini bila tidak diimbangi dengan filter yang baik dalam diri dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan, salah satunya adalah penyimpangan perilaku budaya khususnya dikalangan generasi muda.

Penyimpangan yang umumnya ditampilkan oleh generasi muda adalah masalah perilaku sosial, seperti gaya hidup konsumtif, individualistik, gaya perilaku dan penampilan yang kebarat-baratan, kurangnya sopan santun dan etika, tutur kata yang tidak sopan, dan lebih lagi lupa akan budayanya sendiri, yaitu masyarakat yang berbudaya timur (budaya luhur sopan santun).

Perkembangan alat komunikasi menyebabkan berbagai hal dapat diakses dengan mudah dan murah. Namun, tanpa disertai dengan filter yang baik, hal ini sering disalah gunakan oleh remaja, seperti untuk membuka situs-situr porno melalui Hp atau perangkat lainnya, seperti komputer.

Dilihat dari tingkah lakunya, banyak pemuda Indonesia yang kini tidak memiliki kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya, tidak memiliki sopan santun, tidak mau melestarikan budaya nasional Indonesia, dan  bahkan cenderung menginginkan kebebasan dan keterbukaan yang diluar batas, sehingga mereka bebas untuk berbuat sesuka hati. Wujud riilnya dapat terlihat dari banyaknya geng-geng motor di Indonesia yang sering membuat keonaran di masyarakat, banyaknya generasi muda yang terjerumus pada narkoba dan pergaulan bebas.

Hal ini menyebabkan rusaknya moral bangsa Indonesia. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.  Jika dilihat secara umum dampak positif dan negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme, yaitu:




a. Dampak Positif

1.    Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis.
2.    Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dampak negatifnya, masyarakat cenderung konsumtif, SDM Indonesia yang kurang kompeten akan tergilas oleh tenaga asing yang bekerja di Indonesia. Sehingga, pengangguran makin meningkat, dan hal ini juga menyebabkan tindak kejahatan makin meningkat pula.
3.    Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa. Namun, masuknya budaya asing tanpa disertai filter yang kuat, menyebabkan moral bangsa menjadi hancur dan lunturnya rasa nasionalisme.
4.    Selain itu, pengaruh positif lainnya adalah mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, udah melakukan komunikasi, karena sudah tersedianya berbagai alat komunikasi, mobilitas tinggi, mudah memenuhi kebutuhannya masing-masing, terjadinya peningkatan kualitas diri sumber daya manusia karena individu harus memiliki kualitas diri yang baik dalam menghadapi persaingan global, menumbuhkan sikap toleransi, dan menumbuhkan kesadaran demokrasi warga masyarakat.

b. Dampak Negatif

1.     Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Hal ini membuat bangsa Indonesia cenderung menerapkan asas liberalisme daripada asas Pancasila.
2.    Dari aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, dan Pizza Hut) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme. Selain itu, Terciptanya masyarakat yang konsumtif
3.    Informasi yang tidak tersaring dengan baik dapat menyebabkan penyimpangan perilaku masyarakat kita, khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dianggap sebagai kiblatnya.
4.    Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Cenderung terjadi ketimpangan sosial yang besar antara wilayah yang maju dan wilayah tertinggal.
5.    Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Misalnnya, kurang peka terhadap lingkungan sekitar, karena terlalu sibuk dengan alat komunikasinya.
Membuat individu malas berinovasi dan berkreasi, karena banyak hal yang mudah dikerjakan oleh kecanggihan teknologi.



3. PAYA MENGURANGI DAMPAK GLOBALISASI



Pada intinya secara umum permasalahan globalisasi memiliki dua sifat, yaitu unsur interrelasi yang sangat kuat dan keterjangkauan berskala global. Unsur interrelasi yang sangat kuat, artinya permasalahan globalisasi itu, sangat berkaitan erat antara satu negara dengan negara lain. Meskipun masalah- masalah itu pada mulanya dijumpai hanya di satu atau beberapa negara akan tetapi lambat laun akan terjadi di seluruh negara di berbagai belahan bumi. Apalagi dengan kemajuan teknologi transportasi dan teknologi telekomunikasi dan informasi yang telah menyebabkan interaksi antar manusia baik secara nyata maupun maya semakin meningkat, maka penyebaran permasalahan globalisasi itu akan semakin cepat.

Keterjangkauan berskala global (global coverage), artinya permasalahan globalisasi itu, dapat menyebar ke seluruh dunia, dan memberikan dampak yang juga berskala dunia/global. Harus diakui bahwa kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi berperan besar untuk menyebarkan permasalahan globalisasi itu ke berbagai belahan bumi.

Dengan adanya dua sifat itu, maka dapat dikatakan bahwa gejala keterhubungan (interconnectedness) antara berbagai masalah globalisasi dengan hubungan antarbangsa telah semakin meningkat, dan hal itu sebenarnya adalah sebuah konsekuensi logis dari globalisasi yang memang pada akhirnya akan membawa manusia untuk menjadi semakin mudah dan semakin sering berinteraksi. Namun di pihak lain, sifat jangkauan global dan dampak masalah globalnya juga harus diwaspadai.

Dalam dunia yang semakin mengglobal, maka berbagai masalah yang diawali pada suatu lokasi di belahan bumi tertentu dapat memberikan dampaknya ke seluruh planet bumi dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, maka budaya peradaban di era globalisasi sekarang ini harus diarahkan pada suatu asas komplementasi (complementary thinking) atau pola pikir untuk saling melengkapi.

Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain yaitu :
a.    Menumbuhkan semangat nasionalisme melalui penanaman dan pengamalan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
b.    Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
c.    Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
d.    Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
e.     Menanamkan sejak dini rasa bangga dan penghargaan terhadap segala kebudayaan Indonesia.
f.    Mendidik anak sedini mungkin dengan kebudayaan Indonesia, sehingga mereka dapat mencintai kebudayaan Indonesia.
g.    Lebih memperketat lagi penyebaran arus informasi di kalangan generasi muda, seperti acara di TV maupun radio jangan sampai mengandung SARA atau unsur pornografi.
h.    Lebih menguatkan pendidikan moral dan karakter di sekolah.
Berusaha meningkatkan kualitas diri SDM Indonesia melalui peningkatan pendidikan, ekonomi, pertahanan keamanan, dan keadilan. Hal ini bertujuan, agar kesadaran masyarakat mengenai perilakunya dan kebudayaannya semakin tampak.



Budaya Tradisional Sebagai Potensi Wisata Dan Ekonomi Kreatif




Keberagaman budaya banyak memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa. Sementara itu, dari budaya sendiri dan dibarengi kepariwisataan ini juga mampu memunculkan adanya usaha-usaha dari industri kreatif, dimana keduanya saling bersinergi dan saling mempengaruhi.

Pariwisata selalu berkaitan erat dengan ekonomi. Bahkan sering kali kita menyebutnya dengan ekonomi kreatif. Dimana dalam ekonomi kreatif orang-orang selalu mengedepankan idenya supaya apapun yang mereka buat menjadi bernilai ekonomi. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya, bahkan terkadang tanpa disadari mereka juga telah ikut serta dalam mengembangkan ekonomi negara ini.


1. POTENSI WISATA



Pariwisata budaya merupakan satu jenis pariwisata yang dalam pembangunannya menggunakan kebudayaan sebagai potensi dasar yang dasar paling dominan. Jenis pariwisata ini diharapkan berfungsi sebagai pemberi identitas bagi kepariwisataan daerah Bali sebagai satu pusat pariwisata di Indonesia.

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya  dan menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat.

Berdasarkan sejumlah penelitian, terdapat dua hal yang menjadi daya tarik utama, yaitu pesona alam (natural resources) dan kekayaan budaya (cultural resources). Kedua hal tersebut selalu konsisten menjadi temuan dalam berbagai penelitian pariwisata di berbagai belahan dunia. Dalam kasus Indonesia, penelitian terbaru juga menegaskan hal yang sama, bahwa wisatawan berkunjung ke Indonesia karena tertarik akan pesona alam dan kekayaan budayanya (Gunadi, 2011).

Tabel 3. Daya Tarik Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
 Sumber: Hasil Survei BPS, 1984/1985

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa mayoritas wisatawan mancanegara mengunjungi Indonesia dengan alasan daya tarik kebudayaan Indonesia yanng beraneka ragam. Baik dalam hal tata cara hidup, tari-tarian, batik, ukiran maupun lukisan. Hal ini menguatkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sangat berpotensi  dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya daerah.

Hasil seni budaya Indonesia yang sangat beragam seperti hasil seni bangunan, seni kerajinan, seni pentas  dan tari, seni musik, sastra dan lain-lain sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai industri pariwisata. Hal ini karena inilah kekhasan Indonesia, yang tidak didapat ketika wisatawan berkunjung ke negara lain.

Seni bangunannya dapat dilihatnya pada rumah adat dan bangunan monumental lainnya. Rmah adat di Indonesia, kecuali di Pulau Jawa umumnya dibangun di atas tiang-tiang, atau biasanya berbentuk panggung. Rumah ini lazim ditemui di tepi pantai, sungai atau hutan. Dengan demikian, air pasang dari laut, air hasil limpahan banjir dari sungai, atau binatang buas dari hutan tidak terlalu mengancam rumah adat ini beserta penghuninya. Beberapa suku bangsa tertentu seperi Batak, Dayak, Toraja, dan Papua, membangun rumah adat mereka yang besar sehingga mampu menampung belasan keluarga sampai ratusan keluarga.

Bangunan monumental lainnya dapat dilihat dari bangunan candi yang tersebar di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta seperti Borobudur, Prambanan, dan Mendut serta masih banyak peningggalan candi yang lain. Indonesia memang merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki contoh seni bangunan Buddha paling baik sedunia yaitu Borobudur, yang merupakan peninggalan raja dari Dinasti Syailendra berupa stupa raksasa serta dilengkapi berbagai hiasan relief yang menceritakan kehidupan Buddha.

Seni kerajinan tangan dapat dilihat dari hasil kerajinan misalnya yang menggunakan bahan logam, maupun tulang, kayu, gading, bambu, tembikar, mendong, pandan, serat tanaman, tanduk dan penyu. Berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan sejumlah industri kerajinan rakyat ini termasuk pemberian kredit bantuang modal, mengarahkan pemasaran secara berkelompok, mendirikan balai penelitian maupun balai latihan, membangun desa kerajinan, serta promosi baik di dalam maupun di luar negeri contohnya melalui INACRAFT.

Kerajinan perak terdapat di Kota Gede Yogyakarta. Selain itu terdapat pula di Kotagadang (Sumatera Barat), Kendari (Sulawesi Tenggara). Perak murni di sini dikerjakan menjadi barang hiasan bernilai jual tinggi seperti cincin, gelang, gelang kaki, ikat pinggang, gesper, alat makan dan minum, kereta kuda, rumah gadang, dan lain-lain. Selain itu, terdapat kuningan terutama di Pulau Jawa yang dibuat berbagai kerajinan misalnya baki, piring, sendok, hiasan berupan tokoh mitologi Hindu-Jawa atau desain geometris abstrak dari pengaruh Islam.

Dalam bidang tekstil, batik, songket, maupun tenun ikat merupakan produk yang harus dilestarikan keberadaannya. Meskipun batik cap dan batik mesin sudah dikembangkan, namun batik tulis yang merupakan karya-karya tangan terampil masih terus diproduksi dan juga masih mampu mempertahankan keunggulannya.  Ukiran kayu yang terkenal terdapat di Pulau Bali dan Jepara. Di Bali ukiran kayu kebanyakan melukiskan makhluk dari legenda dan mitologi Hindu-Jawa. Di Jepara kerajinan kayu kebanyakan dibuat perabot rumah tangga seperti kursi, meja, lemari, pintu, sampai tiang berukir yang terbuat dari kayu jati. Rotan dan bambu merupakan bahan untuk pembuatan barang-barang kerajinan misalnya tas, keranjang bahan belanjaan, keranjang pakaian, serta perabot rumah tangga. Di propinsi Maluku bahkan terdapat pula kerajinan yang menggunakan bahan rempah-rempah seperti model kapal yang dibuat dari cengkeh.

Salah satu seni pentas yang dikenal hingga mancanegara adalah wayang. Cerita utamanya diambil dari kisah Ramayana dan Mahabharata. Pertunjukan wayang kulit  dapat berlangsung hingga emalam suntuk. Khusus untuk dikonsumsi untuk wisatawan, pertunjukkan dapat dipersingkat hanya dalam waktu dua bahkan satu jam. Selain wayang kulit terdapat seni pertunjukan lain seperti wayang golek, wayang wong (orang), ludruk, ketoprak, lenong, dan sandiwara daerah lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ceritanya tidak hanya diambil dari Ramayana dan Mahabharata, tetapi juga dari cerita rakyat daerah setempat.

Tari dari daerah manapun di Indonesia tidak ada yang seekspresif seperti Tari Bali. Bahkan tarian rakyatnya yang paling sederhana sekalipun sangat mengesankan dalam hal kerumitan dan keterampilan tekniknya yang bermutu tinggi. Di Bali, setiap tari memiliki arti yang suci dan berkaitan dengan usaha mencari perdamaian dengan makhluk halus. Yang sangat mendebarkan adalah Tari Barong yang dibawa oleh beberapa penari pria dengan menusukkan keris ke tubuhnya sendiri berulang kali dalam keadaan tidak sadar (kerasukan roh halus), tanpa rasa sakit mapun luka.

Tari Jawa dikelompokkan menjadi dua yaitu tari rakyat dan tari istana. Tari rakyat kebanyakan bertujuan untuk mengajak sebanyak mungkin peserta untuk meramaikan perayaan yang diselenggarakan. Sebaliknya tari istana dilakukan oleh penari profesional dengan latihan dan teknik tingkat tinggi dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi pula. Gerakannya sangat sedikit sekali namun sangat anggun, baik gerakan mata, lengan, tangan, mapun setip jarinya, yang masing-masing memiliki arti simbolis.

Tari lilin dari Minangkabau, Sumatera Barat juga merupakan tarian daerah yang indah dimana dipertunjukkan di panggung gelap dengan para penari wanita muda yang membawa lilin menyala. Yang paling khas dari semua tarian di Indonesia adalah sifat kebersamaan yang bertujuan untuk mengikutsertakan semua anggota masyarakat, termasuk para tamu mereka. Berbeda dengan tradisi barat yang tariannya secara berpasang-pasangan di antara pria dan wanita, tarian di Indonesia bersifat tari pergaulan justru dilakukan oleh para penari yang tidak membedakan jenis kelamin maupun usia secara mencolok.

Musik di Indonesia nampak lebih banyak dijadikan pengiring seni tari dan pentas. Musik gamelan di Jawa dan Bali misalnya, telah ada lebih dari seribu tahun lalu. Selain gendang terdapat alat musik pukul lain seperti gong, bonang, gambang seperti gender dan saron. Selain itu ada angklung di Jawa Barat yang kini menjadi salah satu warisan budaya dunia asli Indonesia versi Unesco. Tidak seperti musik pukul Jawa dan Bali, alat musik petik dan gesek di bagian timur Indonesia terdengar seperti musik Hawaiian. Sasando dari Nusa Tenggara Timur konon suara dawainya dapat menghanyutkan perasaan seorang gadis pujaan sang pemuda.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat wisata alam di Indonesia banyak didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut.  Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia, meliputi 4 situs alam dan 3 situs budaya. Keempat situs alam yang termasuk Situs Warisan Dunia (World Heritage) meliputi Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Lorentz, dan Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera. Sedangkan 3 situs budaya di Indonesia yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia meliputi Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Situs Manusia Purba Sangiran.Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan pertama disusul RRC, Korea Selatan, Taiwan dan India. Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Perancis, Belanda dan Jerman. Pengelolaan kepariwisataan, kebijakan nasional, urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan di Indonesia diatur oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.

Beberapa pagelaran tari yang terkenal di dunia internasional misalnya Sendratari Ramayana yang menceritakan tentang perjalanan Rama dan dipentaskan di kompleks Candi Prambanan.  Desa Wisata Batubulan yang terletak di Sukawati, Gianyar merupakan desa yang sering dikunjungi untuk pentas Tari Barongan, Tari Kecak dan Tari Legong. Beberapa tahun belakangan ini beberapa kota di Pulau Jawa mulai mengembangkan konsep karnaval fashion. Jember Fashion Carnaval secara rutin diadakan sejak tahun 2001 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval fashion lainnya namun memfokuskan tema pada batik adalah Karnaval Batik Solo yang pertama kali diadakan pada tahun 2008. Selain karnaval fashion adapula karnaval yang diadakan untuk memperingati hari jadi kota seperti yang diadakan di kota Yogyakarta dengan nama Jogja Java Carnaval dan di kota Jakarta dengan nama Jak Karnaval yang diadakan secara rutin setiap bulan Juni. Di samping itu juga ada festival yang memperkenalkan daerahnya pada zaman dahulu, seperti Malang Tempoe Doeloe, acara tahunan yang diselenggarakan kota Malang.

Sejarah kebudayaan Indonesia dari zaman prasejarah hingga periode kemerdekaan dapat ditemukan di seluruh museum yang ada di Indonesia. Total jumlah museum di Indonesia berjumlah 80 museum yang tersebar dari Aceh hingga Maluku. Sejumlah museum terletak dalam satu kawasan seperti Kota Tua Jakarta yang memiliki enam museum merupakan daerah yang dikenal sebagai pusat perdagangan pada Zaman Batavia dan Taman Mini Indonesia Indah yang menjadi pusat rekreasi dengan jumlah taman dan museum terbanyak dalam satu kawasan di Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa agama Hindu dan Buddha pernah masuk dan memengaruhi kehidupan spiritual di Indonesia dengan adanya peninggalan sejarah seperti candi dan prasasti di beberapa lokasi. Jejak-jejak peninggalan agama Buddha yang terbesar adalah Candi Borobudur yang terletak di Magelang dan merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan masuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 1991.  Pada abad ke-13 hingga ke-16 Islam masuk ke nusantara menggantikan era kerajaan Hindu-Buddha. Pada masa ini, banyak ditemukan masjid yang merupakan akulturasi kebudayaan antara Hindu-Buddha-Jawa dengan agama Islam seperti terlihat pada Masjid Agung Demak dan Masjid Menara Kudus.

Permainan tradisional asli Indonesia sebenarnya juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai ajang pertunjukan budaya Indonesia. Hal ini diperkuat dengan penyelenggaraan program program atau festival tahunan permainan tradisional Indonesia Kemenparekraf dapat bekerjasama dengan Kemendikbud. Kemenparekraf juga dapat mendorong inovasi teknologi permainan tradisional dengan para cendekia, ilmuwan, pengusaha ataupun mahasiswa pembuat game modern dengan tetap mengedepankan aspek positif permainan tradisional yang memenuhi kebutuhan gerak motorik anak dan kemampuan interaksi sosialnya.

Even ini pernah dilakukan di Jakarta pada Festival Permainan Tradisional 2011 dengan tujuan untuk mensosialisasikan permainan tradisional dan mengundang pihak sekolah daerah untuk berpartisipasi. Kemenparekraf dapat mendukung museum yang melestarikan dan mengoleksi permainan tradisional seluruh Indonesia dengan mempromosikannya pada wisatawan, contoh: Museum Mainan Anak Kolong Tangga Yogyakarta yang miliki ribuan koleksi mainan tradisional Indonesia.

Beberapa permainan tradisional seperti egrang, gobak sodor, dakon/congklak/ loncat bambu, gasing, bekel keberadaannya kini terkikis oleh jaman. Padahal dari beberapa permainan tersebut banyak budaya dan manfaat yang bisa dipetik. Permainan Egrang tersebar luas tak hanya di pulau Jawa saja, juga dengan julukan yang berbeda-beda, mulai dari tengkak-tengkak (Sumatra Barat), Ingkau (Bengkulu), Batungkau (Kalimantan), dan Tilako (Sulawesi). Meski memilki nama yang berbeda-beda, tapi alat/mainan yang digunakan tetap sama, sepasang bambu yang dijadikan pijakan. Dakon/congklak identik atau berhubungan erat dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Umumnya permainan dakon pada zaman dulu dilakukan di pendapa, beranda rumah, atau di bawah pohon yang rindang dengan terlebih dulu menggelar tikar. Untuk memulai permainan yang melibatkan dua orang ini, keduanya akan mengundi atau ping sut untuk menentukan siapa yang jalan duluan.

Beberapa permainan ini sesungguhnya merupakan serpihan kecil dari unsur pembentuk budaya dan karakter bangsa. Daripadanya sesungguhnya kita bisa memetik banyak manfaat yang kadang kita sendiri tidak menyadarinya. Dengan permainan itu kita telah dilatih untuk terampil, cermat, sportif, jujur, adil, tepa selira, dan akrab dengan orang lain.


2. EKONOMI KREATIF



Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.  Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan, bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.

Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan (2008) mengidentifikasi setidaknya 14 sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu :
1.     Periklanan
  1. Arsitektur
  2. Pasar barang seni
  3. Kerajinan (handicraft)
  4. Desain
  5. Fashion
  6. Film, video, dan fotografi
  7. Permainan interaktif
  8. Musik
  9. Seni pertunjukan
  10. Penerbitan dan percetakan
  11. Layanan komputer dan piranti lunak
  12. Radio dan televisi
  13. Riset dan pengembangan

Industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia dan lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah, berbeda dengan industri manufaktur. Sebagai contoh adalah industri kreatif distro yang sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah kecil. Hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas bagi konsumen sehingga produk distro menjadi layak untuk dibeli dan bahkan dikoleksi. Hal yang sama juga berlaku untuk produk garmen kreatif lainnya, seperti Dagadu dari Jogja atau Joger dari Bali. Kedua industri kreatif tersebut tidak berproduksi dalam jumlah besar namun ekslusifitas dan kreativitas desain produknya digemari konsumen.

Walaupun tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Depertemen Perdagangan (2008) mencatat bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006 rata-rata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan. Industri kreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006.

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa yang tidak terhitung jumlahnya. Warisan budaya (cultural heritage) merupakan bagian dari keberagaman dan kekhasan yang dimiliki setiap suku bangsa di Indonesia dan menunjukkan jati diri suatu bangsa. Warisan budaya yang kita miliki bersama ini sangat bernilai sosial dan ekonomi. Kita tidak pernah memikirkan bahwa sebetulnya khazanah budaya, baik yang berbentuk artefak-kebendaan (tangible) maupun yang non-kebendaan (intangible), sesungguhnya menyimpan potensi luar biasa untuk dikembangkan.

Indonesia harus dapat memanfaatkan setiap peluang untuk mengembangkan warisan budaya bangsa menjadi sebuah aset berharga bagi pertumbuhan sosial. Kemajemukan budaya Indonesia sangat bernilai dan berpeluang menjadi investasi besar bagi pengembangan daya saing bangsa. Hal itu akan berdampak pula pada peningkatan potensi keunggulan bangsa yang luar biasa. Dengan mengembangkan warisan budaya yang kita miliki dalam kerangka budaya industri kreatif, kita dapat menunjukkan karakteristik budaya kita, yaitu karakteristik budaya yang unik, khas, dan menarik perhatian. Hal itu merupakan salah satu manfaat yang dapat kita peroleh selain manfaat ekonomi tentunya. Dengan kata lain, warisan budaya menjadi salah satu akar dari budaya industri kreatif.

Industri ekonomi kreatif berbasis budaya merupakan industri yang berfungsi sebagai identitas bangsa. Sehingga dapat terbentuk pembangunan karakter bangsa yang dapat menghargai budaya bangsa.  Kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan dan diperkenalkan kepada dunia sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, warganegara Indonesia harus dapat mencintai produk-produk dalam negeri sehingga dapat meningkatkan daya saing. Lantaran dalam arus globalisasi, produk-produk luar negeri dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Bidang usaha berbasis budaya seperti jamu dan minuman tradisional, kosmetik dalam negeri, kerajinan tangan, kain tradisional (batik, songket, tenun ikat dan sulam), kulier khas daerah, cara pengobatan tradisional serta kesenian daerah termasuk seni musik dan tari khas daerah dapat dijual secara ekonomi maupun filosofi dan budaya.

Industri kosmetik harus didorong untuk memanfaatkan tanaman herbal di Indonesia sebagai bahan baku. Produk kosmetika dan obat tradisional telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat yang menembus seluruh lapisan usia baik wanita dan pria. Produk kosmetika tidak hanya menjadi kebutuhan sehari-hari, tetapi terkait gaya hidup dan ’image’ sehingga industri kosmetika dituntut untuk berinovasi dan mengembangkan teknologi untuk menciptakan produk yang sesuai dengan trend dan perkembangan zaman. Obat tradisional yang terdiri dari jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka merupakan produk asli Indonesia dan merupakan warisan budaya nenek moyang yang telah dikonsumsi secara turun-menurun. Saat ini, industri obat tradisional sedang berusaha untuk bangkit kembali baik dari bahan baku, teknologi maupun produk agar dapat bersaing dengan produk herbal impor.
Industri batik nusantara termasuk tenun ikat dan dan kain songketjuga diharapkan mampu memperkuat optimisme para pelaku usaha batik untuk terus menggenjot pasar batik, baik dalam maupun luar negeri. Indonesia juga berpotensi menjadi pemimpin pasar industri makanan, minuman, dan kemasan sekaligus menjadi produsen competitor alternatif di pasar global. Produk makanan dan minuman Indonesia memiliki prospek cerah seiring perkembangan ekonomi dan dukungan sumber bahan baku lokal yang melimpah. Indonesia sebagai negara besar dengan 17.504 pulau dan 240 juta penduduk merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk makanan dan minuman. Bahkan berdasarkan catatan Event Director Food Ingredients Asia, Vincent Brain, Indonesia adalah konsumen bahan makanan terbesar (51 persen) di Asia Tenggara.

Peranan seni dan budaya sangat memberikan kontribusi bagi negara, seni dan budaya mampu mempresentasikan sebuah negara ke seluruh dunia. Melalui seni dan budaya, nilai nilai tradisional yang unik, indah dapat terangkat kembali dengan nilai yang sangat mahal dan disukai olah masyarakat. Tak dapat dielakkan kalau seni dan budaya dapat dijadikan sebuah bisnis atau usaha yang sifatnya universal dan dapat diterima oleh semua orang.  Salah satu contoh yang cukup berhasil menerapkan strategi ini adalah Jember Fashion Carnival. Festival yang digelar satu tahun sekali tersebut mampu menarik sejumlah turis untuk berkunjung dan melihat potensi industri kreatif yang ada di Jember.

Bertolak dari Jember Fashion Carnival, sejatinya sejumlah kota di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak suku bangsa dan budaya. Suatu kota dapat merepresentasikan budayanya melalui cara-cara yang unik, inovatif, dan kreatif. Misalnya Malang Tempoe Doeloe yang berusaha menghidupkan kembali kekayaan budaya dan sejarah kota Malang. Pada gilirannya, pengembangan ekonomi kreatif tersebut juga akan berdampak pada perbaikan lingkungan kota, baik secara estetis ataupun kualitas lingkungan.



3. UPAYA PENGEMBANGAN WISATA DAN EKONOMI KREATIF  BERBASIS BUDAYA INDONESIA




Wisata budaya daerah dan industri kreatif di Indonesia memilki potensi yang besar untuk dikembangkan sehingga perlu adanya strategi dan  tindaklanjut dari pemerintah untuk meningkatkan devisa negara diluar sektor non migas ini. Berikut beberapa upaya pengembangan wisata budaya dan industri kreatif yaitu :
a.   Perlu adanya sapta pesona wisata (keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahtamahan, dan kenangan), antara lain :
·       Jaminan keamanan bagi para wisatawan yaitu aman dari ancaman kejahatan, aman dari kemelut politik dan aman dari kecelakaan.
·       Ketertiban di tempat-tempat pelayanan umum dan dijalan raya.
·       Kebersihan lingkungan, bebas dari penyakit menular, dan asri.
·       Kesejukan erat kaitannya dengan penghijauan yang teratur dan pemeliharaan taman.
·       Keindahan berkaitan dengan penataan lingkungan yang baik, penataan bangunan dengan corak arsiktektur yang serasi.
·       Keramahtamahan berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial yang harus memberi kesan keramahan yang tercermin dalam sikap masyarakat dan pelayanan terhadap wisatawan.
·       Kenang-kenangan yang dapat diperoleh wisatawan dengan harga murah, mudah ditemukan, mudah dibawa dan memberi kesan khusus.
b.  Perlu adanya analisa SWOT (strenght, weakness, opportunities, threats) untuk wisata budaya di tiap wilayah.
c.   Melakukan pemetaan terhadap potensi pariwisata budaya yang dimiliki, yaitu berupa nilai, karakteristiknya, infrastruktur pendukungnya, dan kemampuannya dalam menopang perekonomian
d.  Menyusun, membuat dan menetapkan Peraturan Perundang-Undangan yang berpihak pada pelayanan mutu pariwisata, pelestarian lingkungan hidup, perlindungan hukum bagi wisatawan, perlindungan hukum bagi pengusaha atau investor.
e.   Membangun, memperbaiki dan mempercantik sarana dan prasarana (Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata) pendukung pariwisata, yaitu Akomodasi, Restoran, Usaha rekreasi & hiburan umum, Gedung pertemuan, Perkemahan, Pondok wisata serta Pusat informasi wisata.
f.   Menciptakan kualitas SDM di bidang Pariwisata yang tangguh dalam hal ini skill, kemampuan dalam inovasi, adaptabilitas dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan eksternal, budaya kerja dan tingkat pendidikan serta tingkat pemahaman terhadap permasalahan strategis dan konsep yang akan dilaksanakannya.
g.   Melibatkan dan mengajak masyarakat setempat agar menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi.
h.  Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memasarkan produk-produk lokal, membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan, pengelolaan dan kalau memungkinkan memberi bantuan berupa pinjaman modal.
i.    Meningkatnya kapasitas Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di desa/kelurahan/ kampung dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat dalam bidang kepariwisataan.
j.   Dalam pengembangan Industri kreatif  Pelaku usaha harus memperhatikan kualitas produk agar tidak ‘murahan’ sehingga berdaya saing tinggi.
k.   Bersama pemerintah daerah seharusnya bekerjasama dalam pengembangan industri kreatif misalnya dengan memberi pelatihan pada beberapa industri kreatif potensial di daerah tersebut, serta memberikan insentif untuk pelaku usaha industri ini.
l.    Pelaku usaha kreatif harus meningkatkan kemitraan antar sektor kreatif, karena peningkatan pada satu sektor kreatif akan meningkatkan sektor yang lain. Misalkan apabila terjadi peningkatan pada industri distro clothing, maka kebutuhan akan media promosi semakin besar sehingga terjadi peningkatan pada industri periklanan atau advertising.
m. Melakukan promosi wisata misalnya, pada saat ‘low season’ (bukan saat hari liburan), misalnya dengan cara menjual tiket murah untuk perjalanan wisata dan juga diskon-diskon menarik dari hotel.
Melakukan pameran dan event bertaraf internasional industri kreatif seperti berbagai macam kerajinan tangan khas daerah, pameran seni serta pertunjukan teater dan lain-lain sehingga merekapun jadi kenal Indonesia dan bisa berwisata ke daerah lain di Indonesia.





Sumber Pustaka
Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi Indonesia
//etnobudaya.net/2009/07/24/keragaman-budaya-indonesia/
//achmadghozaliash.blogspot.com/2013/04/identitas-nasional.html
//dc389.4shared.com/doc/EQaZVNhW/preview.html
//euislatifah.blogspot.com/2013/08/pengaruh-globalisasi-terhadap.html
//imanizty.wordpress.com/2012/04/09/pengaruh-globalisasi-terhadap-budaya/
//www.academia.edu/4929428/pariwisata_budaya_sebagai_salah_satu_alat_pelestari_kesenian_tradisional
//m.kompasiana.com/post/read/581019/2/terkenang-permainan-masa-kecil-tersadar-keragaman-dan-potensi-permainan-tradisional-indonesia.html
//www.faktailmiah.com/2012/05/14/asal-usul-suku-suku-di-indonesia.html
//hadwinsaleh.blogspot.com/2013/01/geografi-budaya-dan-identitas-regional.html
//kekayaanindonesiaku.blogspot.com/p/wisata-budaya.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar