A.
Pengertian Biosfer
Istilah
biosfer berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata bio yang artinya hidup dan
sphere artinya lapisan (bulatan). Jadi, secara sederhana biosfer dapat
diartikan sebagai lapisan tempat makhluk hidup. Makhluk hidup (organisme) yang
ada di permukaan bumi terdiri atas tiga golongan, yaitu tumbuhan
(flora/vegetasi), hewan (fauna), dan manusia (antropo). Tempat atau bagian dari
permukaan bumi yang dapat mendukung kelangsungan hidup organisme dinamakan
biosfer. Biosfer di permukaan bumi meliputi lapisan udara (atmosfer) sampai
ketinggian 8–10 m dpl, lapisan air
(hidrosfer) sampai kedalaman sekitar 200 meter, maupun pada litosfer sampai
kedalaman beberapa meter di bawah tanah organisme masih dapat ditemukan. Secara
umum biosfer dapat dikelompokkan menjadi dua biosiklus tempat (lingkungan
hidup), yaitu biosiklus daratan dan perairan. Biosiklus daratan terdiri atas
bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut bioma, yaitu bentang lahan
(landscape) yang memiliki karakteristik khas yang berdasarkan keadaan iklimnya didominasi
oleh flora dan fauna tertentu.
Setiap zona dan
subzona di permukaan bumi memiliki jenis flora dan fauna yang berbeda sesuai
dengan kondisi lingkungannya. Flora dan fauna yang hidup pada suatu bioma
disebut biota. Bagian yang lebih kecil dari bioma yang merupakan tempat
berlangsungnya kehidupan organisme disebut habitat. Bentuk penyesuaian diri
suatu organisme terhadap lingkungannya
disebut adaptasi.
Duaspesies makhluk
hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung
(nisia) yang
berbeda. Nisia (Niche) adalah fungsional suatu organisme dalam suatu ekosistem.
Ekosistem adalah
suatu sistem yang terbentuk oleh adanya hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Dalam arti lain, ekosistem adalah kesatuan tatanan antara
segenap komponen biotik maupun abiotik yang saling memengaruhi.
Berdasarkan
pengertian tersebut, suatu ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan
tidak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.
Keteraturan tersebut terjadi karena adanya arus materi dan energi yang
terkendali oleh adanya arus transportasi dan transformasi antar komponen dalam
ekosistem. Setiap komponen memiliki fungsi (relung) tertentu. Selama setiap
komponen tetap melakukan fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan
ekosistem akan tetap terjaga.
Berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya, ekosistem
dapat dibedakan menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut.
1. Komponen Abiotik, yaitu komponen yang
terdiri atas bahan-bahan
tidak hidup (nonhayati), yang meliputi
komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air, matahari, udara, dan energi.
2. Komponen Biotik, yaitu komponen yang
terdiri atas bahan-bahan yang bersifat hidup yang meliputi organisme autotrof
dan heterotrof.
a. Organisme Autotrof adalah semua organisme yang mampu membuat
atau mensintesis makanannya sendiri, berupa bahan organik dan bahan-bahan
anorganik dengan bantuan energi matahari melalui proses fotosintesis. Semua
organisme yang mengandung klorofil terutama tumbuhan hijau daun disebut
organisme autotrof.
b. Organisme Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat
membuat makanannya sendiri, akan tetapi meman faat kan bahanbahan organik dari
organisme lainnya sebagai bahan makanannya.Organisme heterotrof terdiri atas
tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
Gambar contoh organisme heterotrof
1) Konsumen, yaitu
organisme heterotrof yang secara langsung memakan organisme lain, seperti
manusia dan hewan.
2) Pengurai
(perombak atau dekomposer), yaitu organisme heterotrof yang mendapatkan makanan
berupa bahan organik dengan cara merombak sisa-sisa organisme mati atau produk
dari organisme hidup, seperti bakteri dan jamur;
3) Detritivor,
yaitu organisme heterotrof yang memakan partikelpartikel organik atau remukan
jaringan organik yang telah membusuk,seperti cacing tanah, siput, dan tripang.
B. Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kehidupan Makhluk Hidup
1. Faktor Klimatik
Faktor klimatik
yaitu faktor iklim yang meliputi suhu, sinar matahari, kelembapan, angin, dan
curah hujan.
a. Suhu dan Sinar
Matahari
Sumber panas bagi bumi dan planet-planet lainnya dalam
sistem tata surya (solar system) adalah energi matahari. Tinggi rendahnya
intensitas penyinaran matahari bergantung pada sudut datang sinar matahari,
letak lintang, jarak atau lokasi daratan terhadap laut, ketinggian tempat, dan
penutupan lahan oleh vegetasi. Intensitas penyinaran matahari di suatu suhu
udara di setiap wilayah berbeda-beda.Kondisi suhu udara sangat berpengaruh
terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan.
Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan terhadap suhu lingkungan yang ideal
atau suhu optimum bagi kehidupannya. Batas suhu maksimum dan minimum bagi
persyaratan tumbuh tanaman dan hewan dinamakan toleransi spesies terhadap suhu.
b. Kelembapan Udara
Kelembapan udara menunjukkan banyaknya uap air yang
terkandung dalam udara. Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan
tumbuhan (flora). Ada tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah kering, di
daerah lembap, bahkan terdapat pula jenis tumbuhan yang hanya hidup di wilayah-wilayah
yang sangat basah.
Berdasarkan
tingkat kelembapan lingkungannya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi empat
bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Xerophyta, yaitu
jenis-jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau dengan
kondisi kelembapan udara yang sangat rendah, seperti kaktus.
2) Mesophyta, yaitu
jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di lingkungan yang lembap tetapi
tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.
3) Hygrophyta, yaitu
jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah yang basah, seperti
teratai, eceng gondok, dan selada air.
4) Tropophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang
dapat beradaptasi terhadap daerah yang mengalami perubahan musim hujan dan
musim kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim tropis,
seperti pohon jati dan ekaliptus.
c. Angin
Angin merupakan udara yang bergerak. Angin
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dunia tumbuhan. Di daerah
terbuka hanya tumbuhan berakar dan berbatang kuat yang dapat bertahan hidup
dari embusan angin yang sangat kencang.
Dalam proses alami yang terjadi di atmosfer,
angin berfungsi sebagai alat transportasi yang memindahkan uap air dan
kelembapan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Dengan adanya angin, curah
hujan dapat tersebar di atas permukaan bumi sehingga kelangsungan hidup
organisme di berbagai tempat di permukaan bumi dapat terus berlangsung.
Angin sangat membantu proses penyerbukan atau
pembuahan beberapa jenis tumbuhan sehingga proses regenerasi tumbuhan
dapatberlangsung. Tumbuh-tumbuha tertentu penye baran benihnya dilakukan oleh
kekuatan angin, seperti spora yang di terbangkan oleh angin pada tumbuhan
paku-pakuan (pteridophyta).
d. Curah Hujan
Air merupakan
salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa adanya air
mustahil terdapat berbagai bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi lingkungan
kehidupan di daratan, sumber air yang utama bagi pemenuhan kebutuhan hidup
organisme adalah hujan.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuhan
sangat bergantung pada curah hujan dan kelembapan udara. Intensitas curah hujan
di suatu tempat akan membentuk karakter khas bagi formasi-formasi vegetasi di
muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi ini dapat menimbulkan
dikarenakan tumbuh-tumbuhan merupakan
produsen yang menyediakan makanan bagi hewan. Sebagai contoh, di wilayah
vegetasi padang rumput terdapat hewan khas, seperti rusa, biri-biri, dan sapi.
2. Faktor Edafik
Selain kondisi iklim, faktor lain yang juga
berpengaruh bagi kehidupan makhluk hidup di permukaan bumi adalah faktor edafik
atau tanah. Tanah merupakan media utama khususnya bagi pertumbuhan jenis
vegetasi. Kebutuhan-kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan vegetasi,
seperti mineral (unsur hara), kebutuhan bahan organik (humus), air, dan udara
keberadaannya disediakan oleh tanah. Oleh karena itu, faktor edafik sangat memengaruhi
pertumbuhan jenis vegetasi dalam suatu wilayah.
Faktor-faktor fisik tanah yang memengaruhi
pertumbuhan vegetasi, antara lain sebagai berikut.
a. Tekstur (Ukuran
Butiran Tanah)
Tanah-tanah yang butirannya terlalu kasar,
seperti kerikil dan pasir kasar, atau yang butirannya terlalu halus, seperti
lempung kurang sesuai bagi pertumbuhan vegetasi. Tanah yang baik bagi media
pertumbuhan vegetasi adalah tanah dengan komposisi perbandingan butiran pasir,
debu, dan lempungnya seimbang. Pasir adalah jenis butiran tanah yang kasar,
debu butirannya agak halus, sedangkan lempung merupakan butirantanah yang
sangat halus.Sumber: Plants, 2000
Akar dan batang yang kuat dapat berfungsi
sebagai penahan pohon dari pengaruh angin.
Adanya perbedaan ketinggian dan relief antara
daerah pantai dan gunung memengaruhi kehidupan makhluk hidup.
b. Tingkat Kegemburan
Tanah-tanah yang gembur jauh lebih baik jika
dibandingkan dengan tanah-tanah yang padat. Tanah yang gembur memudahkan akar
tumbuhan untuk menembus tanah dan menyerap mineral-mineral yang terkandung
dalam tanah. Oleh karena itu, para petani sering membajak tanahnya dengan
tujuan agar tanah tetap gembur dan tingkat kesuburan nya dapat tetap terjaga.
c. Mineral Organik
Mineral organik adalah renik makhluk hidup
yang dapat terurai menjadi tanah yang subur dan sangat diperlukan bagi
pertumbuhan suatu vegetasi.
d. Mineral
Anorganik (Unsur Hara)
Mineral anorganik adalah mineral yang berasal
dari hasil pelapukan batuan yang terurai dan terkandung di dalam tanah yang
dibutuhkan seperti Nitrogen (N),
Belerang (S), Fosfor (P), dan Kalsium (K).
e. Kandungan Air
Tanah
Air yang terdapat di dalam tanah terutama air
tanah permukaan dan air tanah dangkal merupakan salah satu unsur pokok
bagi per tumbuhan dan perkembangan
vegetasi. Air sangat membantu dalam melarutkan dan mengangkut mineral-mineral
yang terkandung dalam tanah sehingga mudah diserap oleh sistem perakaran pada
tumbuhan.
f. Kandungan Udara
Tanah
Kandungan udara di dalam tanah antara tanah
di lahan tertentu tingkat kegemburan tanah yang berbeda-beda. Semakin tinggi
tingkat kegemburan suatu tanah, semakin besar kandungan udara di dalam tanah.
Kandungan udara di dalam tanah diperlukan tum buhan dalam respirasi melalui
sistem perakaran pada tumbuhan.
3. Faktor Fisiografi
Faktor fisiografi yang memengaruhi kehidupan
makhluk hidup meliputiketinggian tempat dan bentuk lahan. Ketinggiantempat
sangatberpengaruhterhadap perubahansuhu udara. Anda tentu masih
ingatmengenaiprosesterjadinya penurunansuhu udara setiap terjadi kenaikantinggi
tempat yang disebut gradienthermometrik.Perbedaansuhu ditempatyang satu dengan
tempat yang lainnya mengakibatkan perbedaancoraktumbuhan di wilayah-wilayah
tertentusesuai dengan ketinggian tempatnya dan jenis.Relief muka bumi atau
bentuk lahan memengaruhi pola penyinaran matahari dan hujan. Daerah lereng yang
menghadap ke utara dari suatu pegunungan di belahan bumi utara kurang
mendapatkan intensitas sinar matahari dibandingkan dengan lereng yang menghadap
ke selatan. Akibatnya, terjadi perbedaan vegetasiyang hidup di kedua lereng
tersebut. Contoh lainnya, daerah lembah lebih lama dan lebih lambat
menerimasinar matahari jika dibandingkan dengan daerah punggung terjadi
perbedaan jenis vegetasi berdasarkan ketinggian tempat. Demikian pula dengan
jenis fauna yang hidup di dataran rendah tentu berbeda dengan fauna di dataran
tinggi ataupun di wilayah pegunungan tinggi.
4. Faktor Biotik
Faktor biotik yang berpengaruh paling dominan
terhadap tatanan kehidupan makhluk hidup di permukaan bumi adalah manusia.
Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat membudi dayakan beberapa
jenis tumbuhan dan binatang di luar habitat aslinya. Bentang alam yang ada juga
dapat diubah oleh manusia, seperti hutan alami menjadi daerah pertanian atau
permukiman.
Selain manusia,
faktor biotik yang memengaruhi tatanan kehidupan adalah tumbuhan. Dalam hal
ini, tumbuhan yang lebih besar merupakan tempat perlindungan bagi tumbuhan yang
lebih kecil yang menempel maupun yang hidup di bawahnya, dan juga tempat
perlindungan bagi binatang yang hidup di daerah tersebut. Adapun binatang juga
memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan
penyebaran berbagai jenis vegetasi. Sebagai contoh, serangga menjadi media yang
membantu dalam penyerbukan tumbuhan berbunga, sedangkan kelelawar, tupai, dan
burung membantu dalam penyebaran tumbuhan berbiji.
C.
Persebaran Flora dan Fauna di
Permukaan Bumi
Seperti
yang telah diuraikan sebelumnya, setiap zona dan subzona pada biosfer memiliki
flora dan fauna yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor
lingkungan yang memengaruhi kehidupan flora dan fauna sehingga persebarannya di
permukaan bumi berbeda-beda.
1. Persebaran
Flora di Dunia
Secara garis besar, kehidupan organisme baik
flora maupun fauna di permukaan bumi terdapat pada dua biosiklus, yaitu daratan
dan perairan.
a.
Biosiklus Daratan
Biosiklus daratan dapat diklasifikasikan menjadi bagian-bagian yang lebih spesifik yang
didominasi oleh jenis flora tertentu yang memiliki karak teristik yang khas.
Biosiklus daratan secara umum terdiri atas bioma hutan, sabana, steppa, dan
gurun.
1) Bioma Hutan (forest),
adalah bentang lahan (landscape) yang sangat luas yang ditumbuhi beraneka ragam
pohon-pohonan. Jenis-jenis hutan dibagi menjadi lima macam, antara lain sebagai
berikut.
a) Hutan Hujan Tropis (Tropical Rain Forest)
Suatu daerah yang terletak pada lintang 23,5°
LU–23,5° LS. Jenis hutan ini dicirikan dengan pohon-pohon yang tinggi dan rapat
serta selalu hijau sepanjang tahun. Pada
bagian bawahnya, tumbuh pohon-pohon yang lebih rendah dan di bagian paling
bawah ditumbuhi semak, perdu, serta vegetasi penutup sehingga sinar matahari hampir
tidak dapat menembus sampai ke permukaan tanah. Ciri lain dari hutan ini antara
lain ditumbuhi beragam jenis epifit. Misalnya, cendawan, lumut, dan berbagai
jenis anggrek, serta yang heterogen (lebih dari 300 spesies). Pohon-pohon di
hutan ini tinggi dan berdaun lebar sehingga mengakibat kan terbentuknya kanopi
(tajuk) yang menyebabkan dasar hutan menjadi lembap dan gelap. Contoh vegetasi
di daerah hutan hujan tropis antara lain meranti dan damar.
Wilayah penyebaran hutan hujan tropis
meliputi wilayh Amerika Selata (Lembah Amazon), Semenanjung Amerika Tengah,
Afrika bagian tengah, Maagaskar, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan
daerah – daerah di Asia Tenggara lainnya.
Contoh gambar hutan hujan tropis
b) Hutan Musim di Daerah Iklim Tropis
Adalah hutan yang
memiliki pola musim hujan dan kemarau yang jelas. Ciri khas dari hutan ini
antara lain terdiri atas satu atau dua spesies pohon berkayu dengan ketinggian
sekitar 25 meter. Pohon tersebut cenderung meng gugurkan daunnya pada musim kemarau,
yaitu pada saat curah hujannya kurang dari 60 mm/tahun atau sama sekali tidak
mendapatkan curah hujan. Gugur atau rontoknya daun-daunan tumbuhan di hutan ini
merupakan bentuk adaptasi fisiologis untuk mengurangi tingkat penguapan.
Akibatnya, sinar matahari dapat mencapai bagian dasar dari hutan musim di
daerah tropis ini sehingga di bagian dasar hutan ini tumbuh dengan subur dan
lebat berbagai vegetasi semak belukar dan rumput-rumputan. Contoh dari vegetasi
hutan musim di daerah tropis adalah jati.Wilayah penyebaran jenis hutan musim
di daerah tropis, antara lain di sebagian wilayah Indonesia, Thailand, Kamboja,
dan Myanmar.
c)
Hutan Musim di Daerah Iklim Sedang
Adalah hutan yang terdapat di wilayah iklim yang memiliki empat musim,
yaitu musim panas (summer), gugur/rontok (spring), dingin/salju (winter), dan
semi (autumn). Vegetasi di hutan ini pada umumnya berupa tumbuhan berkayu yang
memiliki daun lebar, perakaran yang dalam, dan kulit yang kasar. Bentuk
adaptasi dari tumbuhan di hutan ini adalah adaptasi fisiologis dengan cara yang
berbeda pada setiap musimnya. Pada musim semi, tumbuhan mulai berbunga dan
berbuah, pada musim panas mulaitumbuh biji, pada musim rontok menggugurkan
daunnya, sedangkan pada musim dingin tumbuhan mengu rangi penyerapan air
infiltrasi melalui sistem perakarannya. Jenis vegetasi di hutan ini didominasi
oleh dua atau tiga spesies. Misalnya, oak, elm, beach, dan maple. Wilayah
penyebaran hutan ini meliputi wilayah Amerika Serikat bagian timur, sebagian
besar Eropa Tengah, Australia bagian timur, Selandia Baru, Cina, Korea, Jepang,
dan Argentina.
d) Hutan Mangrove (Hutan Bakau)
Mangrove merupakan
jenis hutan di daerah tropis yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi khas
rawa-rawa pantai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Ciri-ciri dari
vegetasi hutan mangrove antara lain ditandai dengan sistem perakaran vegetasi
yang sebagian berada di atas permukaan air. Sistem perakaran tersebut berfungsi
sebagai alat respirasidan penangkapan lumpur dari peristiwa pasang surut air
laut. Jenis-jenis vegetasi di hutan mangrove antara lain nipah dan bakau.
Wilayah penyebaran hutan mangrove terutama di pantai-pantai landai berlumpur di
wilayah Australia Utara, Afrika Barat, Amerika Selatan terutama Brazilia, dan
Asia Tenggara termasuk Indonesia.
e) Hutan Berdaun Jarum (Conifer)
Di daerah iklim sedang sampai dingin. Ciri
hutan ini vegetasinya ber daunjarum (conifer), memiliki ketinggian yang relatif
sama, berbatang lurus, dan berbentuk kerucut, seperti pinus, cemara, dan cedar.
Di Eropa terutama di sekitar daerah Siberia, hutan conifer banyak ditumbuhi
jenis vegetasi yang disebut larix yang menggugurkan daunnya pada musim dingin
(winter). Adapun di Amerika Serikat sekitar daerah Columbia dan California
tumbuh jenis vegetasi berdaun jarum raksasa yang disebut sequoia yang ketinggiannya
dapat mencapai lebih dari 75 meter. dingin di belahan bumi utara dan di
pegunungan tinggi. Sebagian besar pohon utamanya adalah jenis-jenis tusam yang
tetap berdaun serta tahan terhadap suhu dingin dan kekeringan dengan daun
seperti jarum dan berlapis zat lilin.Taiga merupakan wilayah yang sangat minim
akan jenis tumbuhan. Dalam ribuan hektar mungkin hanya terdiri atas dua atau
tiga jenis saja, antara lain pinus merkusi dan cemara.
f ) Hutan
Taiga
Hutan taiga merupakan jenis hutan
yang terdapat di daerah dingin di belahan bumi utara dan di pegunungan tinggi.
Sebagian besar pohon utamanya adalah jenis-jenis tusam yang tetap berdaun serta
tahan terhadap suhu dingin dan kekeringan dengan daun seperti jarum dan
berlapis zat lilin.
Taiga merupakan wilayah yang sangat
minim akan jenis tumbuhan. Dalam ribuan hektar mungkin hanya terdiri atas dua
atau tiga jenis saja, antara lain pinus merkusi dan cemara.
2) Bioma Sabana
Sabana merupakan suatu wilayah vegetasi di
daerah tropis atau subtropis yang terdiri atas pohon-pohon yang tumbuh dengan
jarang dan diselingi oleh semak belukar serta rumput-rumputan. Jenis pohon yang
terdapat di daerah sabana Australia terutama ekaliptus, sedangkan di daerah
Kenya, Afrika terutama baobab (adansonia digitata) yang memiliki ciri antara
lain daun dan cabang membentuk tajuk yang berbentuk seperti payung yang
melebar, batangnya tebal, dan relatif kasar. Vegetasi yang tumbuh dengan jarang
disebabkan oleh kondisi bulan kering yang lebih lama jika dibandingkan bulan
basah dan rendahnya curah hujan di daerah tersebut. Wilayah penyebaran sabana
terutama di Australia, Afrika Timur, Brazilia, dan Indonesia terutama di
Kepulauan Nusa Tenggara.
3) Bioma Padang
Rumput
Padang rumput
terdiri atas steppa dan prairi. Steppa merupakan suatu wilayah yang ditumbuhi
oleh rumput-rumputan pendek. Istilah steppa digunakan untuk menyebutkan padang
rumput di Eurasia. Adapun padang rumput tinggi di Amerika Utara dinamakan
prairi yang didominasi oleh jenis rumput Indian Grasses, di Argentina disebut
Pampa, Puszta.
Terbentuknya padang rumput secara alami lebih banyak
disebabkan rendahnya tingkat curah hujan, yakni hanya sekitar 30 mm/tahun.
Curah hujan yang rendah mempersulit tumbuhan untuk menyerap air. Akibatnya,
hanya jenis tumbuhan rumput yang dapat bertahan hidup dan menyesuaikandiri
(adaptasi) dengan kondisi lingkungan alam yang kering.Wilayah penyebaran padang
rumput di daerah tropis terdapat di Afrika, Amerika Selatan, dan Australia
Utara. Adapun di daerah iklim sedang terdapat di bagian barat Amerika Utara,
Argentina, Australia, dan Eropa terutama Rusia Selatan dan Siberia.
5) Bioma Gurun
a. Bioma gurunpanas
Gurun terdiri atas
dua perwujudan, yaitu gurun panas-kering
(hot/arid desert) dan gurun dingin (cold/ice desert). a) Bioma gurun
panas dan kering identik dengan padang pasir (gurun pasir), yaitu suatu wilayah
di daerah iklim subtropis sampai sedang yang didominasi oleh hamparan pasir
dengan kondisi vegetasi yang sangat terbatas, suhu udara rata-rata tinggi,
amplitudo suhu harian tinggi, curah hujan rendah (< 25 mm/tahun), dan
penguapan tinggi. Jenis vegetasi yang dapat tumbuh dan beradaptasi terhadap
kondisi padang pasir pada umumnya memiliki ciri-ciri akar yang sangat panjang, berdaun
kecil dan tebal atau bahkan tidak berdaun, batang pohon relatif tebal, dan
bagian tubuhnya seringkali berduri. Contoh jenis vegetasi di daerah padang
pasir, antara lain Kaktus Saguaro dan semak berduri.
Wilayah padang
pasir terdapat di Afrika Utara (Sahara), Afrika Barat Daya (Kalahari dan
Namib), Afrika Timur Laut (Ogaden), Jazirah Arab (Rub’al Khali), Asia Barat
Daya (Kara Kum, Taklamakan, dan Iran), Asia Selatan (Thar), Asia Tengah (Gobi),
Australia (Gibson dan Simpson), Amerika Serikat bagian tengah dan barat (The
Great America Desert, meliputi Arizona dan California), Meksiko bagian utara,
danAmerika Selatan (Atacama dan Patagonia)
b. Bioma gurun dingin
Bioma gurun dingin
atau salju identik dengan tundra, yaitu wilayah di daerah iklim dingin sampai
kutub (terutama lingkaran Arktik) yang bagian permukaannya ditutupi oleh es
(salju), dan memiliki jenis vegetasi (flora) yang didominasi oleh jenis lumut
(lichenes) dan semak (spaghnum).
Sumber: Heinemann
Outcomes Geography 1, 2000 .Suhu pada musim dingin di daerah tundra dapat
mencapai sekitar –57° C dan suhu
maksimum musim panas sekitar 15° C. Walaupun air mencair di permukaan tanah
selama musim panas (summer), tetapi ada juga lapisan es yang tetap membeku (permafrost).
Musim tumbuh vegetasinya cukup pendek berkisar antara 30–120 hari pertahun dan
hanya jenis tumbuhan yang mampu bertahan dalam suhu dingin yang dapat bertahan
hidup. Wilayah penyebaran tundra antara lain di Alaska, Kanada bagian utara,
Siberia, Greenland, dan Tierre del Fuego (Tanah Api) di ujung Amerika Selatan.
b. Biosiklus perairan
1. Biosiklus Air
Asin
Lautan merupakan cekungan (basin) yang
berukuran relatif sangat luas yang terisi oleh massa air asin. Di dalamnya
terdapat berbagai makhluk hidup berupa jenis tumbuhan maupun hewan yang telah
ber adaptasi dengan kondisi perairan laut dengan berbagai karakteristiknya.
Tumbuhan laut hanya tersebar dan terdapat di
tempat-tempat yang mem produksi
makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari.
Oleh karena itu, persebaran dan keberadaan tumbuhan laut hanya terdapat di Zona
Fotik, yaitu daerah yang terkena penyinaran matahari, yaitu sekitar pantai
(Zona Litoral), permukaan laut, dan di dasar laut dangkal sampai kedalaman
kurang lebih 200 meter (Zona Neritik). Adapun di Zona Afotik yang merupakan
daerah yang tidak terkena penyinaran matahari, keberadaan tumbuhan laut sangat
sedikit bahkan tidak ada sama sekali.Secara garis besar, makhluk hidup di laut
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu plankton, nekton, dan
bentos.
a) Plankton adalah
organisme kecil yang hidup terapung-apung (berpindah tempat secara pasif ) di
permukaan atau dekat permukaan laut. Plankton terdiri atas fitoplankton
(plankton yang bersifat tumbuhan), seperti diatoaeme, dan zooplankton (plankton
yang bersifat binatang), seperti radiolaria dan foraminifera.
b) Nekton adalah
kelompok hewan laut yang berenang (berpindah tempat secara aktif ), seperti
ikan dan cumi-cumi.
c) Bentos adalah
kelompok organisme laut baik tumbuhan maupun hewan laut yang hidupnya dengan
cara menempel atau merayap di dasar laut, seperti rumput laut, bunga karang,
siput, kerang, bulu babi, dan bintang laut.
2) Biosiklus Air Tawar
Air tawar yang ada di permukaan bumi diklasifikasikan
dalam bentuk sungai, danau, kolam, dan rawa. Setiap bentuk perairan darat
tersebut merupakan habitat hidup bagi berbagai jenis kehidupan yang di dalamnya
terdiri atas flora dan fauna yang telah beradaptasi dengan lingkungan perairan
tawar. Jenis vegetasi yang hidup di air
tawar antara lain eceng gondok dan teratai. Vegetasi-vegetasi jenis ini banyak
terdapat di Indonesia.
2. Persebaran Fauna di Dunia
Fauna atau hewan
yang ada di permukaan bumi penyebarannya di pengaruhi oleh keadaan lingkungan hidup
yang sesuai untuk tempat hidupnya. Jika suatu kelompok fauna sudah tidak sesuai
lagi untuk menempati suatu daerah tertentu, kelompok fauna tersebut akan melaku
kan migrasi atau perpindahan ke daerah lain.
Secara garis
besar, daerah persebaran fauna di dunia dapat diklasifikasikan menjadi delapan
wilayah persebaran, yaitu sebagai berikut:
a. Fauna Paleartik
Daerah persebarannya meliputi wilayah
Siberia, Rusia, sebagian besar Benua Eropa, daerah sekitar Laut Mediterania
sampai Afrika bagian utara, Cina, dan Asia bagian timur laut termasuk Jepang.
Jenis fauna yang termasuk wilayah Paleartik antara lain berbagai spesies
anjing, termasuk srigala, tikus, kelinci, beruang kutub, panda, dan rusa kutub.
b. Fauna Neartik
Daerah persebarannya meliputi Amerika Utara
sampai dengan Meksiko. Jenis faunanya antara lain antelop bertanduk cabang,
tikus ber kantung, kalkun, berbagai jenis spesies burung, anjing, kelinci,
ular, kura-kura, dan tupai.
c. Fauna Neotropik
Daerah persebarannya meliputi Amerika
Selatan, Amerika Tengah, Meksiko bagian selatan, dan India bagian barat. Jenis
Fauna Neotropik antara lain armadillo, piranha, belut listrik, ilama (unta
Amerika Selatan), buaya, kadal, kura-kura, dan berbagai jenis spesies kera.
Fauna di wilayah Neotropik sebagian besar terdiri atas vertebrata (bertulang
belakang) sehingga daerah ini seringkali disebut wilayah vertebrata.
d. Fauna Ethiopia
Daerah persebarannya meliputi sebagian besar
Afrika, Jazirah Arab bagian selatan, dan Madagaskar. Jenis Fauna Ethiopia
antara lain kuda nil (yang terdapat hanya di Sungai Nil, Afrika), gorila,
simpanse, unta, trenggiling, lemur, zebra, cheetah, singa, dan zarafah.
e. Fauna Oriental
Daerah persebarannya meliputi Asia Selatan
dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Jenis Fauna Oriental antara lain gajah,
badak, orangutan, gibbon, harimau, rusa, banteng, berbagai jenis unggas, ikan,
reptil, dan serangga.
f. Fauna Australia
Daerah persebarannya meliputi Papua,
Kepulauan Aru, Australia, dan Tasmania. Jenis faunanya antara lain kanguru,
platypus (cocor bebek), kuskus, koala, wallaby, cendrawasih, kasuari, ular
piton, buaya, kadal, kakatua, dan merpati.
g. Fauna Selandia
Baru (Oceania)
Daerah persebarannya meliputi Selandia Baru
(New Zealand) dan pulau-pulau kecil di sekitar Oceania. Jenis Fauna Oceania
antara lain kiwi dan sphenodon.
h. Fauna Antartika
Daerah persebarannya meliputi Benua Antartika
dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Jenis fauna Antartika antara lain pinguin
dan anjing laut.
D. Persebaran Flora di Indonesia
1. Flora Indonesia
Indonesia
merupakan suatu negara berbentuk kepulauan yang terdiri atas lebih dari 17.000
pulau dan sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Kondisi wilayah yang
berbentuk pulau-pulau dan dikelilingi oleh laut mengakibatkan keadaan flora di
Indonesia menjadi sangat beragam. Keadaan flora di Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi dua subregion, yaitu subregion Indonesia-Malaysia di
wilayah Indonesia Barat dan subregion Australia di wilayah Indonesia Timur.
Secara garis besar, flora Indonesia terdiri atas empat kawasan flora, yaitu Flora
Sumatra-Kalimantan, Flora JawaBali,Flora Kepulauan Wallacea, dan FloraIrian
Jaya(Papua).Jenis-jenis vegetasi yang tersebar di empat kawasan flora tersebut
terdiri atas vegetasi hutan hujan tropis, hutan musim, hutan pe gunungan,
sabana tropis, dan hutan pinggiran atau hutan bakau (mangrove).
a.
Flora Sumatra–Kalimantan
Sebagian besar wilayah Sumatra dan Kalimantan
merupakan wilayah iklim hutan hujan tropis atau tipe Af berdasarkan klasifikasi
Iklim Koppen. Iklim di wilayah ini dicirikan dengan adanya tingkat kelembapan
udara dan curah hujan yang selalu tinggi sepanjang tahun. Oleh karena itu, tipe
vegetasi yang mendo minasi wilayah ini ialah hutan hujan tropis, yaitu tipe
hutan lebat dengan jenis tumbuhan yang sangat heterogen. Pohon – pohonnyatinggi
dan sangat rapat, di bawahnya ditumbuhi berbagai jenistumbuhan yang lebih
rendahdan tanahnya ditumbuhi perdudanrumput-rumputan sebagai penutup. Beberapa
jenis flora khas daerah Sumatra-Kalimantan adalah tumbuhan meranti
(dipterocarpus), berbagai jenis epifit, seperti anggrek, berbagai jenis lumut,
cendawan (jamur), dan paku-pakuan, serta tumbuhan endemik yang sangat langka,
seperti Rafflesia arnoldi yang penyebarannya hanya di
sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari mulai Nanggroe Aceh Darussalam sampai
Lampung.
Gambar Raflesia Arnoldi
Raflesia arnoldi adalah flora yang tersebar
di pulau Sumatra - Kalimantan
b.
Flora Jawa–Bali
Kondisi iklim kawasan Pulau Jawa sangat
bervariasi dengan tingkat curah hujan dan kelembapan udara semakin berkurang ke
arah timudan Iklim Musim Tropis (Am). Semakin ke timur, tipe iklim bergeser ke
arah tipe iklim yang lebih rendah curah hujannya. Akhirnya ditemui beberapa wilayah
Iklim Sabana Tropik (Aw) di Pulau Bali. Keadaan ini membawa pengaruh terhadap
pola vegetasi alam yang ada.Kawasan hutan hujan tropis di wilayah ini sebagian
besar terdapat di Jawa Barat, seperti di Gede-Pangrango, Cibodas, dan
Pananjung. Adapun wilayah utara Pulau Jawa yang memanjang mulai dari Jawa Barat
bagian utara, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur merupakan kawasan hutan musim
tropis yang meranggas atau menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Jenis flora
khas hutan musim tropis antara lain pohon jati. Jenis vegetasi yang mendominasi wilayah Jawa
bagian timur dan Pulau Bali adalah vegetasi sabana tropis. Wilayah-wilayah
pegunungan yang cukup tinggi di Pulau Jawa maupun di Pulau Bali banyak ditutupi
oleh vegetasi hutan pegunungan tinggi.
c. Flora Kepulauan Wallacea
Wilayah Kepulauan Wallacea adalah pulau-pulau
di wilayah Indonesia bagian tengah yang terdiri atas Pulau Sulawesi, Kepulauan
Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku. Wilayah-wilayah ini memiliki
sifat iklim yang lebih kering dan kelembapan udara yang lebih rendah di bandingkan
dengan wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Ekaliptus merupakan flora khas dari
Papua (Irian Jaya)
Corak vegetasi yang terdapat di Kepulauan
Wallacea meliputi:
1) vegetasi sabana tropis di wilayah Nusa
Tenggara;
2) vegetasi hutan
pegunungan di wilayah pegunungan yang terletak
di Pulau Sulawesi;
3) vegetasi hutan
campuran di wilayah Maluku, yang terdiri atas berbagai jenis rempah-rempah (pala, cengkih, kayu
manis), kenari, kayu eboni, dan lontar sebagai tanaman khas di daerah ini.
d. Flora Papua (Irian Jaya)
Kondisi iklim Papua (Irian Jaya) sebagian
besar merupakan tipe hutan hujan tropis atau Af sehingga jenis vegetasi yang
menutupi kawasan tersebut adalah hutan hujan tropis. Berbeda dengan wilayah
Indonesia bagian barat, vegetasi di wilayah ini memiliki corak hutan hujan
tropis tipe Australia Utara, dengan jenis flora yang khas yaitu ekaliptus.
Gambar tumbuhan Ekaliptus
Sumber : www.beekeeping.co.za
Wilayah pegunungan Jaya Wijaya ditumbuhi
jenis vegetasi pegunungan tinggi, sedangkan di daerah pantai banyak dijumpai vegetasi
hutan bakau (mangrove).
Berdasarkan persebarannya, flora di Indonesia
dari daerah pantai ke pegunungan tinggi adalah sebagai berikut.
a. Hutan Mangrove,
terletak di daerah pantai landai dan berlumpur yang berada dalamjangkauan
pasang surut air laut. Vegetasi hutan mangrove terdiri atas jenis vegetasi homogen,
serta memiliki akar penyangga dan napas yang terletak di atas permukaan laut (abrasi) dan untuk perkembangbiakan
ikan, antara lain bandeng dan berbagai jenis udang. Hutan bakau (mangrove)
tersebar di Pantai Papua, Sumatra bagian timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, dan pantai utara Pulau Jawa.
b. Hutan Rawa, terletak lebih jauh ke daratan
daripada hutan Bakau. Hutan ini banyak terdapat di Sumatra bagian timur,
Kalimantan Barat,Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Jawa bagian utara.
c. Hutan musim,
terdapat di daerah ang panas, serta memiliki Perbedaan musim hujan dan kemarau
yang jelas.Jenis pohonnya, seperti jati, kapuk dan angsana. Hutan ini
terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Nusa Tenggara.
d. Hutan hujan
tropis, jenis huta ini terdiri atas pohon – pohon yang tinggi dengan kerapatan
daun daun yang sangat rapat membentuk kanopi lebar yang selalu hijau sepanjang
tahun, dan terdiri atas berbagai jenis vegetasi yang sangat heterogen. Di
dalamnya tumbuh jenis tanaman epifit, seperti anggrek dan cendawan, serta
tumbuhan merambat, seperti rotan dan liana. Jenis hutan hujan tropis di
Indonesia terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sebagian Jawa Barat,
dan Papua.
Contoh gambar
hutan hujan tropis
e. Sabana (Savana),
yaitu padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat
di daerah yang curah hujannya rendah, seperti di Nusa Tenggara sehingga daerah
ini sangat sesuai untuk dijadikan daerah peternakan.
f. Steppa atau padang
rumput, banyak terdapat di daerah yang mengalami musim kemarau yang panjang dan
curah hujan rendah. Penyebaran steppa di Indonesia yaitu di daerah Kepulauan
Nusa Tenggara terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT).
g. Hutan pegunungan
tinggi, pada umumnya adalah jenis hutan yang tediri dari vegetasi berdaun jarum
(conifer), sedangkan pada daerah yang lebih tinggi jenis vegetasinya berupa
pohon-pohon pendek yang diselingi semak belukar. Pada pegunungan yang sangat
tinggi dengan kondisi suhu sangat rendah dan berkabut, jenis vegetasi yang
dapat tumbuh hanyalah lumut. Daerah penyebaran hutan pegunungan tinggi antara
lain di pegunungan tinggi Jaya Wijaya (Papua), Bukit Barisan (Sumatra), serta
pegunungan tinggi di Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Fauna Indonesia
Pola
persebaran fauna di Indonesia sangat dipengaruhi oleh persebaran tumbuhan,
kondisi geografis Indonesia yang berada di antara BenuaAsia dan Australia, serta
kondisi geologis Indonesia yang berada pada dua landas kontinen (continental shelf)yaitu landas kontinen
Asia di bagian barat dan landas kontinen Australia di Indonesia bagian timur.
Pola persebaran
Fauna di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga kelompok wilayah, yaitu wilayah
Fauna Indonesia Tipe Asiatis, Fauna Indonesia Tipe Peralihan (Asia-Australis),
serta Fauna Indonesia Tipe Australis.
a. Fauna Indonesia
Tipe Asiatis
Wilayah Fauna Indonesia Tipe Asiatis sering
pula disebut Wilayah Fauna Indonesia Barat atau Wilayah Fauna Tanah Sunda.
Wilayah fauna Indonesia yang bercorak Asiatis terdapat di Indonesia bagian
barat meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan, serta pulau-pulau
kecil di sekitarnya. Wilayah fauna Indonesia bagian barat (Tipe Asiatis) dengan
wilayah fauna Indonesia bagian tengah (Tipe Asia-Australis) dibatasi oleh Garis
Wallace. Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Asiatis, antara lain sebagai berikut
:
1) Mamalia, terdiri
atas gajah, badak bercula satu, rusa, tapir, banteng, kerbau, monyet,
orangutan, harimau, macan tutul, macan kumbang, tikus, bajing, beruang, kijang,
anjing hutan, kelelawar, landak, babi hutan, kancil, dan kukang.
Gambar orangutan
Sumber: Heinemann
Outcomes Geography 1, 2000
2) Reptilia, terdiri
atas biawak, buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, bunglon, dan trenggiling.
3) Burung, terdiri
atas elang bondol, jalak, merak, ayam hutan, burung hantu, kutilang, dan
berbagai jenis unggas lainnya.
4) Ikan, terdiri atas
mujair, arwana, dan pesut (mamalia air tawar), yaitu sejenis lumba-lumba yang
hidup di Sungai Mahakam.
5) Serangga, terdiri atas berbagai jenis kumbang
dan kupu-kupu, serta berbagai jenis serangga yang bersifat endemik.
b. Fauna Indonesia
Tipe Asia - Australis
Wilayah Fauna Indonesia Tipe Asia-Australis
sering pula disebut Wilayah Fauna Indonesia Tengah atau Wilayah Fauna Kepulauan
Wallacea. Wilayah ini meliputi Pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Nusa Tenggara,
dan Kepulauan Maluku.Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Asia-Australis, antara
lain sebagai berikut.
1) Mamalia,
terdiri atas anoa, babi rusa, tapir, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang, tarsius, monyet seba, kuda,
sapi, dan banteng.
2) Amphibia,
terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
3) Reptilia,
terdiri atas ular, buaya, biawak, dan komodo.
Contoh Gambar
komodo
4) Berbagai macam
burung, antara lain burung dewata, maleo, mandar, raja udang, burung pemakan
lebah, rangkong, kakatua, merpati, dan angsa.
c. Wilayah Fauna Indonesia Tipe Australis
Wilayah Fauna Indonesia Tipe Australis
disebut juga Wilayah Fauna Indonesia Timur atau Wilayah Fauna Tanah Sahul,
meliputi Pulau Irian Jaya (Papua), Kepulauan Aru, dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Wilayah Fauna Indonesia Timur (Tipe Australis) dengan Fauna
Indonesia Tengah (Tipe Asia-Australis) dibatasi oleh Garis Weber.
Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Australis,
antara lain sebagai berikut.
1) Mamalia,
terdiri atas kanguru, walabi, beruang, koala, nokdiak (landak Irian), oposum
layang (pemanjat berkantung), kuskus, biawak, kanguru pohon, dan kelelawar.
2) Reptilia,
terdiri atas buaya, biawak, ular, kadal, dan kura-kura.
3) Amphibia,
terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
4) Burung, terdiri
atas kakatua, beo, nuri, raja udang, cendrawasih, dan kasuari.
5) Ikan, terdiri
atas arwana dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya yang jumlah spesiesnya relatif lebih sedikit
jika dibandingkan dengan wilayah Fauna Indonesia Barat dan Tengah.
E. Usaha Pelestarian Flora dan Fauna
Akibat adanya
bencana, seperti kebakaran hutan dan gunung meletus, serta kebutuhan hidup
manusia yang terus meningkat, jumlah maupun jenis flora dan fauna semakin lama
semakin berkurang, atau bahkan punah sama sekali keberadaannya di alam.
Untuk menghindari
kelangkaan dan kepunahan jenis tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) tertentu maka
diperlukan berbagai upaya pelestarian dari berbagai pihak, antara lain dengan
dikeluarkannya undang-undang dan berbagai peraturan tentang pelestarian
tumbuhan dan satwa. Per lindungan dan pelestarian tersebut tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Satwa dan
Tumbuhan, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/KptsII/1991 tentang Daftar
Satwa yang Dilindungi di Indonesia,SK Menteri Pertanian
No.
82/Kpts-II/1992 tentang Penetapan Tambahan Beberapa Jenis Satwa yang Dilindungi
oleh Undang-undang, serta beberapa Surat Keputusan (SK) pemerintah lainnya.
Salah satu pasal yang berhubungan dengan usaha perlindungan dan pelestarian
satwa di Indonesia, tercantum dalam Undang-undangNo. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Dalam pasal 21 dinyatakan bahwa setiap orang dilarang menangkap,
membunuh, memiliki, memelihara, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam
keadaan hidup atau mati termasuk bagianbagian
tubuhnya. Pelanggaran terhadap
ketentuan ini merupakan kejahatan dan dapat dikenakan hukuman penjara maksimal
lima tahun dan denda maksimal Rp100.000.000.Selain usaha-usaha tersebut, usaha
lain yang tidak kalah pentingnya adalah dengan didirikannya bermacam-macam
perlindungan alam seperti Taman - Taman Laut.
Secara garis besar,
perlindungan alam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perlindungan alam umum dan
perlindungan alam dengan tujuan tertentu.
1. Perlindungan
Alam Umum
Perlindungan alam umum adalah suatu bentuk
perlindungan terhadap suatu kesatuan
flora, fauna, dan lingkungannya. Perlindungan alam ini dibagi menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
a. National Park atau Taman Nasional, merupakan keadaan alam
yang menempati suatu daerah yang luas dan tidak diperkenankan ada rumah tinggal
maupun bangunan industri. Tempat ini dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi atau
taman wisata tanpa mengubah ciri-ciri mendasar dari ekosistem. Misalnya, Taman
Safari di wilayah Cisarua Bogor dan Way Kambas di Lampung.
Gambar Way Kambar
di Lampung
Pada 1982 diadakan
Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali (Worl d National Park Congress). Dalam
kongres tersebut pemerintah Indonesia mengumumkan 16 taman nasional yang
terdapat di Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai taman nasional di
Indonesia, dapat Anda lihat pada Tabel 1.1 berikut ini :
b. Perlindungan Alam Terbimbing,
merupakan perlindungan keadaan alam yang dibina oleh para ahli. Misalnya, Kebun
Raya Bogor.
c. Perlindungan Alam Ketat, merupakan
perlindungan terhadap keadaan alam yang dibiarkan tanpa adanya campur tangan
manusia, kecuali dipandang perlu. Tujuannya untuk penelitian dan kepentingan
ilmiah. Misalnya, perlindungan badak bercula satu di Ujung Kulon.
2. Perlindungan
Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan
alam dengan tujuan tertentu adalah suatu bentuk perlindungan yang hanya
ditujukan pada aspek tertentu saja (khusus). Macam-macam perlindungan alam
dengan tujuan tertentu antara lain sebagai berikut:
a. Perlindungan
Geologi, merupakan perlindungan alam yang bertujuan melindungi formasi geologi
di wilayah tertentu. Misalnya, formasi Karst Rajamandala (masih dalam wacana)
yang merupakan formasi batuan kapur di daerah Jawa Barat yang memiliki
nilai-nilai geografi, geologi, dan antropologi, serta nilai sejarah yang sangat
tinggi berkaitan dengan ditemukannya bentukan alam gua-gua dan fosil manusia
Sunda Purba di daerah tersebut.
b. Perlindungan Alam
Botani, merupakan perlindungan alam dengan tujuan untuk melindungi komunitas
jenis tumbuhan tertentu. Misalnya, Kebun Raya Bogor.
c. Perlindungan Alam
Zoologi, merupakan perlindungan alam yang bertujuan untuk melindungi dan
mengembangbiakkan hewan-hewan (fauna) langka.
d. Perlindungan
Monumen Alam, merupakan perlindungan yang bertujuan melindungi benda-benda alam
tertentu, seperti stalaktit, stalagmit, gua, dan air terjun.
e.
Perlindungan
Alam Antropologi, merupakan perlindungan alam yang bertujuan melindungi suku
bangsa yang terisolir. Misalnya, Suku Asmat di Papua dan Suku Badui di daerah
Banten Selatan.
f. Perlindungan
Hutan, merupakan bentuk perlindungan yang bertujuan untuk melindungi dan
melestarikan tanah, air, dan udara.
g. Perlindungan Ikan,
merupakan perlindungan yang bertujuan untuk melindungi jenis ikan yang terancam
punah.
h. Perlindungan Suaka
Margasatwa, merupakan perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang
terancam punah, seperti badak, gajah, dan harimau Sumatra.
i. Perlindungan
Pemandangan Alam, merupakan perlindungan yang bertujuan untuk melindungi
keindahan alam. Misalnya, Ngarai Sianok di Sumatra Barat yang menjadi salah
satu potensi wisata dengan fenomena alamnya yang indah.
Untuk
menambah pemahaman Anda mengenai bentuk-bentuk konservasi jenis fauna yang
tersebar di Indonesia, pada tabel berikut ini disajikan nama suaka margasatwa,
beserta lokasi dan jenis satwa yang dilindunginya. Perhatikan Tabel 1.2
berikut.
Adanya suaka
margasatwa dan cagar alam menjadi media dan sarana bagi pelestarian serta
perlindungan jenis flora dan fauna khas di Indonesia. Melalui adanya upaya
konservasi diharapkan keberadaan flora dan fauna tersebut tetap terjaga dari
ambang kepunahan sehingga kelestarian keaneka ragaman hayati flora dan fauna
Indonesia tetap terjaga pada masa yang akan datang.
F. Keanekaragaman
hayati
a. Pengertian
Keanekaragaman
hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam (variasi) bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk
hidup. Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman
di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan,
lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi
yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam
spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari
undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan,
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem
b. Tingkat
Keanekaragaman Hayati
1. Keanekaragaman Tingkat Genetik ( gen )
Gen merupakan faktor pembawa sifat
keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan
penampakan ( fenotipe ), baik anatomi maupun fisiologi pada setiap
organisme. Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik
satu sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan tersebut akan menghasilkan
variasi pada suatu spesies. Hal ini disebabkan adanya keanekaragaman gen atau
struktur gen pada setiap organisme.Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan
dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies).misalnya :
·
variasi jenis
kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor
·
variasi jenis
anjing : anjing bulldog, doberman, Collie, herder, anjing kampung, dan
sebagainya
·
variasi jenis
bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina
·
Allium
ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang
putih), Allium fistulosum (locang)
Yang menyebabkan terjadinya variasi dalam satu
jenis ( fenotif ) adalah faktor gen ( genotif ) dan faktor
lingkungan ( environment ), sehingga dapat dituliskan rumus
berikut :
F = G + L
·
F =
fenotip (sifat yang tampak)
·
G =
genotif (sifat yang tidak tampak – dalam gen)
·
L = lingkungan.
Jika Genotip berubah karena suatu hal ( misalnya
mutasi) atau lingkungan berubah maka akan terjadi perubahan di Fenotip.
2. Keanekaragaman Tingkat Species (Jenis)
Dua makhluk hidup mampu melakukan
perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertil (mampu melakukan perkawinan
dan menghasilkan keturunan) maka kedua makhluk hidup tersebut merupakan satu
spesies.
Keanekaragaman hayati tingkat jenis
menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau
spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia yang sama. Pada
berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat.
Contoh :
·
famili Fellidae
: kucing, harimau, singa
·
famili Palmae :
kelapa, aren, palem, siwalan, lontar
·
famili
Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang kapri
·
familia
graminae : rumput teki, padi, jagung
·
genus Ipomoea :
ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan (Ipomoea
crassicaulis)
·
genus Ficus :
pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon Preh (Ficus ribes)
3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen
abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik,
lingkungan kimia, tipe vegetasi/tumbuhan, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi
lingkungan makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang beragam
tersebut menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya beragam pula.
Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman tingkat ekosistem.
Faktor abiotik yang mempengaruhi
faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin,
kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik
menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya
keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau
tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut..
Secara garis besar, terdapat dua
ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan (eksosistem terestrial)
dan ekosistem perairan (ekosistem aquatik). Ekosistem darat
terbagi atas beberapa bioma, di antaranya bioma gurun, bioma padang rumput,
bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan tropis, bioma taiga, dan
bioma tundra.
Bioma diartikan sebagai kesatuan antara iklim dominan dan
vegetasi serta hewan yang hidup di dalam iklim dominan tersebut. Bisa juga
diartikan suatu daratan luas yang memiliki karakteristik komponen biotik dan
abiotik.
Adapun ekosistem perairan dapat
dibagi menjadi ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem
hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang. Pembahasan mengenai ekosistem dapat
anda pelajari lebih jelas pada Bab Ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem terbentuk
dari keanekaragaman gen dan jenis, sehingga dapat digambarkan suatu
urutan berikut :
Gen ——> keanekaragaman gen ——>
keanekaragaman jenis ——> keanekaragaman ekosistem
Misal :
Beberapa spesies Palmae (kelapa,
siwalan, dan aren berinteraksi dengan lingkungan abiotik yang berbeda sehingga
terbentuk ekosistem yang berbeda pula diantara ketiga spesies tersebut. Kelapa
di ekosistem pantai, siwalan di ekosistem savana, dan aren di ekosistem hutan
basah
c.
Manfaat keaneragaman hayati beserta
contohnya
1. Sebagai
sumber pangan, perumahan dan kesehatan
o Sumber
karbohidrat : padi, jagung, singkong, kentang, dan lain – lain
o Sumber
protein : kedelai, kecipir, ikan, daging, dan lain – lain
o Sumber
lemak : ikan, daging, telur, kelapa, alpukat, durian, dan lain – lain
o Sumber
vitamin : jambu biji, jeruk, apel, tomat, dll
o Sumber
mineral : sayur – sayuran
2. Sebagai sumber pendapatan/ devisa
a. bahan baku industri kerajinan : kayu,
rotan, karet
b. bahan baku industri kosmetik : cendana,
rumput laut
3.
Sebagai sumber plasma nutfah
Misalnya hutan di hutan masih terdapat
tumbuhan dan hewan yang mempunyai sifat unggul, karena itu hutan dikatakan
sebagai sumber plasma nutfah/sumber gen
4.
Manfaat ekologi
Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan
manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan
keberlanjutan ekosistem
5. Manfaat
keilmuan
6. Keanekaragaman
hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna
untuk kehidupan manusia
7. Manfaat
keindahan
Bermacam – macam tumbuhan dan hewan dapat
memperindah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar