Minggu, 07 September 2014

HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN AKIBAT DINAMIKA HIDROSFER



KOMPETENSI DASAR
1.2. Mensyukuri penciptaan bumi tempat kehidupan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Pengasih dengan cara turut  memeliharanya.
2.3.  Menunjukkan perilaku responsif dan bertanggung jawab terhadap masalah yang ditimbulkan oleh dinamika geosfera. 
3.6. Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika  hidrosfera. 
4.6. Menyajikan hasil analisis hubungan antara manusia dengan lingkungannya sebagai pengaruh dinamika hidrosfer  dalam bentuk narasi, tabel, bagan, grafik, gambar ilustrasi, dan atau peta konsep lapangan.


A.       SIKLUS AIR
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga perempat atau 75 % muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan bumi kita ini adalah planet air.
Gambar: siklus air
Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut dengan siklus hidrologi, siklus air atau daur hidrologi. Persentase luas permukaan laut dan luas permukaan daratan di belahan bumi utara dan selatan.

Untuk keperluan pemahaman praktis dalam mempelajari tentang air diperlukan beberapa cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :
·       Hidrometeorologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur meteorologi dan siklus hidrologi yang ditekankan kepada hubungan timbal balik.
·       Potamologi, yaitu ilmu yang mempelajari air yang mengalir di permukaan tanah, baik yang melalui saluran, maupun yang tidak melalui saluran.
·       Geohidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberadaan, persebaran, dan gerak air di bawah permukaan tanah.
·       Limnologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk air yang berada di danau.
·       Oseanologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan air di lautan.
Urutan siklus air yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal2 es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.

Gambar: siklus besar/panjang

Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses2 yang mengikuti gejala meteorologis dan klimatologis, antara lain :
·    Evaporasi, yaitu penguapan benda2 abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80 % berasal dari penguapan air laut.
·    Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh2an melalui stomata atau mulut daun.
·    Evapotranspirasi, yaitu proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
·    Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi bintik-bintikair akibat pendinginan.
·    Adveksi, yaitu transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
·    Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.
·    Run Off (Aliran Permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
·    Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.
Di dalam siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah proses berubahnya uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air yang ada dipermukaan bumi seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar 1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera dan sisanya terjadi sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan padat (es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat menakjubkan. Jika terjadi perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es yang disebut membeku (freezing), atau sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi berubah menjadi gas ke dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air laut berubah menjadi uap air atau sekitar 1.000 km3 setiap hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan (termasuk penguapan dari tanaman yang disebut dengan Transpiration).


Uap air yang terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi). Jika temperatur udara terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es, lama kelamaan semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke bumi sebagai hujan (precipitation). Butiran2 air atau kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara karena amat kecil disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000 km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan. Persebaran air yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5 %, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001%.
B.       PERAIRAN DARAT DAN POTENSINYA
1. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak2 sungai, dan limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula sungai2 yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang amat kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2 sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2 yang kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak meresap ke dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke atmosfer.

Besarnya volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian hulu, sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti debit airnya besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
a.       Iklim, unsur iklim sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan (Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada dalam sungai. Pada saat musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi sebaliknya, pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan meningkat sehingga debit air semakin kecil.
b.      Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas dan ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air sungai. Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi yang menerima air hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang mengalir pada DAS itu akan lebih besar.

Berdasarkan sumber airnya, sungai dapat dibedakan menjadi:
a.         Sungai hujan, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan maupun mata air. Hal itu berarti setelah air hujan masuk ke lembah sungai yang kemudian mengalir.
b.         Sungai gletser, yaitu sungai yang airnya berasal dari pencairan es atau gletser. Ini biasanya terjadi di wilayah beriklim dingin, ketika musim panas tiba, banyak es di lereng pegunungan mencair. Es yang mencair masuk dalam alur sungai lalu mengalir menuruni lereng pegunungan.
c.          Sungai campuran, yaitu sungai yang airnya berasal dari air hujan dan pencairan es atau gletser.
Berdasarkan keajegan atau kontinuitas alirannya, sungai dapat dibedakan menjadi:
a.       Sungai ephiemeral, yaitu sungai yang hanya mengalir pada saat terjadi hujan dan beberapa saat setelah hujan berhenti.
b.       Sungai intermitten, yaitu sungai yang hanya mengalir pada saat musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau kering. Sungai ini sering disebut sungai episodik.
c.       Sungai perenial, yaitu sungai yang mengalir sepanjang tahun, sungai ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
·      sungai permanen, yaitu sungai yang debit airnya relatif tetap sepanjang tahun.
·      sungai periodik, yaitu sungai yang airnya banyak pada saat musim penghujan dan sedikit pada saat musim kemarau

 Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
·       Sungai Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau dataran yang baru terangkat.
·       Sungai Consequent Longitudinal,  yakni sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).
·       Sungai Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan).
·       Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
·       Sungai Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.
·       Sungai Resequent, yakni sungai  yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral. Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsequent.
·       Sungai Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi2 patahan.
·       Sungai Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata. Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
·       Sungai Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
·       Sungai Composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai composit.
·       Sungai Anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
·       Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.
 Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
·       Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali, sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali kea rah laut.
·       Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola aliran siku2.
·       Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti garis2 patahan.
·       Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
·       Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
·       Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
·       Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent, resequent dan obsequent.
·       Dentritik, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.

Gambar: pola aliran sungai
Macam-macam sungai berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :
·       Sungai Episodik, yaitu sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera, dan Kalimantan.
·       Sungai Periodik, yaitu sungai yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada musim kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai mata air dari daerah2 yang hutannya sudah gundul.
 Macam-macam sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :
·       Sungai Tadah Hujan, yaitu sungai yang volume airnya tergantung pada air hujan, seperti sungai2 di Pulau Jawa.
·       Sungai gletser, yaitu sungai yang volume airnya berasal dari pencairan es atau gletser. Contoh sungai ini banyak dijumpai di daerah kutub atau di lereng pegunungan puncak jaya wijaya Indonesia.
·       Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (salju yang mencair, kemudian mengalir) oleh karena itu jika sungai mata airnya dari gletser disebut sungai gletser. Contohnya sungai Mamberema di Irian Jaya.
Bagian-bagian pada daerah aliran sungai, yaitu :
a.    Bagian Hulu Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda, dengan ciri-ciri :
·       Pengikisan kearah dalam atau vertikal.
·       Aliran airnya deras
·       Tebingnya curam
·       Tidak terjadi proses pengendapan/sedimentasi
·       Belum terdapat teras2 sungai.
b.    Bagian Tengah Sungai.
Yaitu bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan ciri-ciri :
·       Pengikisan ke arah dalam dan samping
·       Alirannya kurang begitu jelas
·       Banyak terjadi pengendapan
·       Terdapat teras2 sungai.
·       Terbentuknya pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
c.    Bagian Hilir Sungai.
Yaitu bagian sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
·       Pengikisan tidak terjadi
·       Aliran air tenang
·       Banyak terjadi pengendapan
·       Teras2 sudah tidak jelas
·       Sungai banyak berkelok-kelok
·       Terdapat beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.

Meander Sungai
Meander adalah bentuk kelokan-kelokan pada aliran sungai. Kenampakan ini sering ditemukan pada aliran sungai di daerah dataran rendah. Meander terbentuk karena adanya reaksi dari aliran sungai terhadap jenis batuan yang relatif homogen dan kurang resisten terhadap erosi.
Setiap lengkungan meander memiliki dua sisi. Bagian dari lengkungan meander yang selalu mendapat sedimentasi sehingga menyebabkan aliran tersebut berpindah disebut undercut. Aliran air mengalir lebih cepat pada sisi luar lengkungan dibandingkan pada sisi dalam, sehingga sisi luar tererosi dan hasilnya terendapkan pada sisi dalam.



Delta
Pada ujung aliran dekat muara sungai di laut atau danau dapat terbentuk suatu endapan yang disebut delta. Delta memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut antara lain jenis batuan, kecepatan aliran sungai, dan musim.

Pelapukan dan pengikisan pada sungai
Secara alami, sungai mengalir sambil melakukan aktivitas yang saling berhubungan, yakni erosi (pengikisan), pengangkutan (transportasi), dan penimbunan atau pengendapan (sedimentasi). Ketiga aktivitas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor kemiringan daerah aliran sungai, volume air, dan kecepatan aliran air.
Makin besar kemiringan daerah aliran sungai, makin besar pula aktivitas pengikisan dan pengangkutan sungai tersebut. Sebaliknya, pengendapan akan semakin intensif pada daerah datar di mana sungai mengalir lambat sehingga kemungkinan terjadi sedimentasi semakin besar.
Pemanfaatan Sungai
Sungai mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
a.    Sungai banyak mengandung bahan-bahan bangunan seperti pasir, batu kali, dan kerikil
b.    Sungai dapat menjadi sumber mata pencarian penduduk, seperti usaha perikanan, pertanian, dan pariwisata.
c.    Air terjun dan sungai dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
d.    Sungai dapatdigunakan untuk kepentingan pengairan, misalnya pembuatan waduk.
e.    Sungai banyak mengandung mineral yang banyak dibutuhkan tanaman
f.      Hasil penngendapan sungai dapat menghasilkan dataran aluvial yang subur
g.    Sungai mempunyai peranyang penting bagi kelangsungan industri yang banyak memerlukan air, misalnya industri penyulingan minyak bumi, industri kimia, dan pembuatan pupuk.
h.    Sungai dapat digunakan untuk sarana transportasi air

2.    Danau
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2 tertentu kering.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
a.    Danau Air Asin
Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut asam), kadar garamnya 32 %.
b.    Danau Air Tawar
Danau air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.

Menurut proses terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a.    Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi yang menimbulkan kawah luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
b.    Danau Lembah Gletser,  setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau Michigan, danau Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.
c.    Danau Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang mengakibatkan terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup besar. Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.
d.    Danau Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga membentuk cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak ditemukan di daerah pegunungan kapur.
e.    Danau Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya danau laut tawar di Aceh dan Tondano.
f.      Danau Buatan, adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan, Proyek Asahan dll.
g.    Danau akibat erosi sungai
Contoh danau yang terbentuk akibat erosi sungai adalah danau tapal kuda (oxbow lake)

3.    Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a.    Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.
b.    Rawa yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.

Rawa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat rawa antara lain sebagai berikut:
a.    Perikanan
Rawa dapat dimanfaatkan untuk perikanan darat. Dengan karamba (tempat memelihara ikan terbuat dari bambu atau jaring) dapat dipelihara ikan. Ikan jenis air tawar. Misalnya: ikan bawal, ikan mujair, ikan lele, dan sebagainya.
b.    Objek wisata
Selain dapat menambah pendapatan dengan perikanan darat, rawa, juga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata kolam, kolam pemancingan dan rumah makan apung dapat digunakan sebagai penarik wisatawan untuk berkunjung.
c.    Lahan pertanian
Masyarakat sekitar rawa paling sering memanfaatkan rawa sebagai sumber air untuk pertanian mereka untuk irigasi. Rawa juga dapat digunakan/ditanami berbagai tanaman sewaktu debit airnya surut.
d.    Pengendali banjir
Air hujan yang terlalu banyak dapat tertampung di rawa. Sehingga mengurangi risiko banjir dan longsor di daerah sekitar rawa. 

4.         Potensi air permukaan dan air tanah
a.         Penampang air tanah








Keterangan:
1 = air di lapisan tanah humus (topsoil)
2 = perjalanan absorbsi air tanah
3 = perjalanan absorbsi air tanah secara kapiler
4 = lapisan air tanah freatik
5 = lapisan tanah kedap bagi air
6 = lapisan air tanah dalam
7 = akuifer artesis
SP = sumur pompa (sumber air dari air tanah dangkal, harus dipompa untuk mengeluarkan air)
SA = sumur artesis (sumber air dari lapisan akuifer, harus dibor untuk menggalinya. Bila tekanan air kuat, air akan keluar sendiri tanpa dipompa)

b.         Pelestarian air tanah
Untuk menjaga kelestarian air tanah di lingkungan sekitar kita, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1)         Mencegah penggunaan air tanah yang berlebihan oleh industri karena akan mempercepat penurunan volume air tanah
2)         Mengendalikan kepadatan penduduk dan permukiman karena berkaitan dengan peningkatan konsumsi air tanah
3)         Mengawasi pelanggaran terhadap peratuaran pemerintah dalam pemanfaatan air  tanah di daerah pantai agar tidak terjadi perluasan intrusi air laut. Dll
c.         Pemanfaatan air tanah
Dengan potensi kandungan air tanah di Indonesia, air tanah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup. Secara umum, air yang paling bersih dan paling sehat untuk minum, masak, mandi, dan mencuci adalah air tanah. Hal ini karena dalam proses pembentukan air tanah terjadinya penyaringan, pembersihan, dan penetralan derajat keasaman.
Pemanfaatan air tanah tertekan dapat dilakukan dengan teknologi pengeboran sehingga muncu air artesis yang bermanfaat untuk berbagai kepeluan, misalnya untuk industri dan pertanian.
5.         Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah air yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya melalui sungai.
Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut.
 Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup.
 Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai.
Masalah-masalah DAS di Indonesia
1.    Banjir
2.    Produktivitas tanah menurun
3.    Pengendapan lumpur pada waduk
4.    Saluran irigasi
5.    Proyek tenaga air
6.    Penggunaan tanah yang tidak tepat (perladangan berpindah, pertanian lahan kering dan konservasi yang tidak tepat)

Metode perhitungan banyaknya hujan di DAS

1.    Metode Isohyet, yaitu garis dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki jumlah curah hujan yang sama selama periode tertentu. Digunakan apabila luas tanah lebih dari 5000 km²
2.    Metode Thiessen, digunakan bila bentuk DAS memanjang dan sempit (luas 1000-5000 km²)

Daerah-daerah DAS

1.    Hulu sungai, berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga banyak jeram.
2.    Tengah sungai, relatif landai,terdapat meander. Banyak aktivitas penduduk.
3.    Hilir sungai, landai dan subur. Banyak areal pertanian.

6.          Banjir
Sebelum membahas tentang banjir, baca dan amati artikel berikut!
JAKARTA, KOMPAS.com — Belum genap sebulan banjir surut, ratusan warga di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, kembali harus mengungsi akibat genangan air melanda permukiman mereka, Sabtu (29/3). Hujan lokal dan hujan di daerah Bogor, Jawa Barat, menyebabkan Kali Sunter, Jakarta Timur, meluap.
Permukiman warga di dekat kali terendam hingga ketinggian 1,8 meter. Fakta ini menegaskan bahwa selewat puncak musim hujan pun sebagian wilayah Jakarta tetap rawan banjir.
Lurah Cipinang Melayu Syaiful Hayat mengatakan, air mulai merendam rumah-rumah warga pada Jumat sekitar pukul 23.00.
Ia menyebutkan, sekitar 600 warga, yang berasal dari tujuh rukun warga (RW), harus mengungsi di tiga tempat. ”Warga mulai meninggalkan rumah pada Sabtu tengah malam. Mereka terbagi di Masjid Universitas Borobudur, Masjid Al-Mukarobin, dan kantor Kelurahan Cipinang Melayu. Sejak pagi, kelurahan dan Palang Merah Indonesia telah menyalurkan bantuan logistik dan keperluan lainnya bagi pengungsi,” ujar Syaiful.
Banjir terparah dialami RW 003 dan RW 004, yang mencapai 1,8 meter. Sementara itu, di lima RW lainnya, yakni RW 005, RW 009, RW 010, RW 011, dan RW 012, air menggenang 60-80 sentimeter. Akses jalan di sekitar Kali Sunter terganggu.
Syaiful mengatakan, Kelurahan Cipinang Melayu merupakan wilayah rentan banjir jika hujan mengguyur dan derasnya air kiriman di Kali Sunter. Total sudah delapan kali wilayah itu terendam banjir selama 2014.
Tidak hanya itu, tanggul Kali Sunter di Kelurahan Makassar, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, juga jebol sepanjang 15 meter. Akibatnya permukiman warga di RW 014 Kelurahan Makassar terendam. Pihak kelurahan, kecamatan, dan petugas satuan polisi pamong praja tengah memperbaiki kondisi tanggul dengan karung berisi pasir.
Kepala Seksi Informatika Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Bambang Surya Putra mengatakan, banjir yang terjadi pada musim kemarau kali ini kerap terjadi, terutama di daerah rawan.
Belum tentu aman
”Meskipun sudah memasuki musim kemarau, tidak ada jaminan wilayah ini aman dari banjir. Kenyataan ini harus dihadapi dengan hati-hati dan waspada,” kata Bambang.
Dia mengimbau semua warga yang tinggal di wilayah rawan tetap melakukan prosedur penanganan dan penyelamatan yang sama seperti ketika musim hujan. Pemerintah Provinsi DKI sudah membuat rencana darurat 54 kelurahan rawan banjir. Pihak kelurahan telah membuat rencana jalur evakuasi, tempat pengungsian, dan posko penanganan korban banjir.
Awal 2014 lalu, Jakarta kembali dilanda banjir besar. Puncak banjir terjadi sejak 13 Januari hingga 13 Februari. Selama satu bulan, Gubernur DKI Jakarta menetapkan status siaga banjir. Banjir awal 2014 disebabkan meluapnya Kali Ciliwung, Angke, Pesanggrahan, dan Krukut. Banjir kali ini menewaskan dua warga.
Awal 2013, banjir besar juga melanda Jakarta. Selain curah hujan yang tinggi, banjir terjadi karena jebolnya tanggul Kanal Barat di Latuharhary, Jakarta Pusat. Air merendam pusat kota hingga wilayah utara Jakarta. Ketika itu, Pemprov DKI Jakarta menetapkan status tanggap darurat. Banjir kala itu bahkan menelan 38 jiwa. (A07/NDY)


a.         Penyebab banjir
Peristiwa banjir merupakan terbenamnya daratan selama beberapa waktu karena peningkatan volume air pada sungai atau tubuh air lainnya. Dua penyebab utama banjir yaitu curah hujan dan aktivitas manusia. Selain itu juga adafaktor pendorong banjir yaitu topografi daerah yang berada di bawah permukaan air laut.
b.         Jenis banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
·           Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
·         Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).
·         Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
·         Banjir rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
·     Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.
·         Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.

a.         Dampak banjir
Dampak yang ditimbulkan oleh banjir yaitu antara lain :
Primer
·           Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanahjalan raya, dankanal.
Sekunder
·           Persediaan air – Kontaminasi airAir minum bersih mulai langka.
·           Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
·           Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
·           Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
·           Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dampak tersier/jangka panjang
·         Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan;  biaya pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).

b.         Upaya untuk mengurangi risiko banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara lain:
·       Membuang lubang-lubang serapan air
·       Memperbanyak ruang terbuka hijau
·       Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa
·       Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.
·       Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

C.       PERAIRAN LAUT DAN POTENSINYA
Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan daratan disebut garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan laut di permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60%, sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80%.
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata2 mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2 hanya 840 m. laut yang terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
a.    Berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1.    Laut Tepi
Laut tepi merupakan laut yang berada di tepi benua dan dipisahkan oleh kepulauan dari samudera. Contoh dari laut ini adalah Laut Cina Selatan yang terletak di tepi Benua Asia.

2.    Laut Pedalaman
Laut pedalaman merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan atau terletak di tengah2 suatu benua. Laut yang masuk jenis ini adalah laut hitam yang terletak di tengah Benua Asia, juga Laut Adriatik.
3.    Laut Tengah
Laut tengah merupakan lautan yang memisahkan dua benua atau lebih. Misalnya laut tengah (Mediterania) yang memisahkan Benua Eropa dan Afrika, juga laut Indonesia yang memisahkan Benua Asia dengan Australia
4.    Selat
Selat merupakan laut sempit yang terletak di antara dua pulau atau dua benua. Misalnya selat Sunda yang terletak di antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5.    Teluk
Teluk merupakan laut yang menjorok ke daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk Siam yang terdapat di Thailand.

b.      Pembagian laut menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa zona sebagai berikut :
                     1.       Zona Litoral atau Jalur Pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak diantara pasang naik dan pasang surut.
                     2.       Zona Epineritik, yaitu bagian cekungan lautan diantara garis2 surut dan tempat paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya sampai sedalam 50 m).
                     3.       Zona Neritik, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m.
                     4.       Zona Batial, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 200 – 2000 m.
                     5.       Zona Abisal, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m.









c.    Pembagian laut menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu sebagai berikut :
1.    Laut Transgresi atau Laut Meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan permukaan air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut itu sendiri atau oleh turunnya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian dari daratan digenangi air. Laut jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir zaman glacial. Contoh : Laut Utara dan Laut Jawa.
2.    Laut Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut ini terjadi karena turunnya tanah sebagai akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan. Contoh : laut Karibia, Laut Jepang, dan Laut Tengah.
3.    Laut Regresi atau Laut Menyempit, laut ini terjadi karena laut mengalami proses penyempitan akibat adanya endapan2 di laut yang dibawa sungai sehingga laut tersebut mengalami pendangkalan. Contohnya : Selat Malaka.

d.    Morfologi dasar laut
Di dasar laut terdapat relief yang hampir sama seperti di daratan, tetapi memiliki nama atau istilah yang lain. Macam-macam relief dasar laut antara lain sebagai berikut:
1.    Paparan benua (continental shelf), yaitu dasar lautan yang dangkal dan merupakan daratan yang meluas serta terdapat di sepanjang pantai.
2.    Punggung laut (ridge), yaitu dasar lautan yang dangkal, memanjang, dan sempit, serta bagian kanan kirinya merupakan laut dalam.
3.    Palung laut (trench), yaitu dasar laut yang sangat dalam, memanjang, sempit, dan terjal.
4.    Cekungan laut (basin), yaitu dasar laut yang dalam dan berbentuk oval menyerupai mangkok yang besar.








Keterangan:
1.       Dasar kontinen
2.       Tebing kontinen
3.       Dataran abisal
4.       Igir samudra
5.       Celah igir
6.       Gunung api bawah laut
7.       Gunung api yang muncul di atas permukaan air
8.       Pulau atol
9.       Palung laut

e.    Gerak air laut
Gerakan air laut meliputi arus laut dan gelombang laut
1)    Arus laut
Arus laut adalah aliran air laut yang mempunyai arah dan peredaran yang tetap dan teratur. Gerak aliran arus laut dapat disamakan dengan aliran air sungai, tetapi aliran arus laut lebih lebar. Arus laut dapat dibedakan menurut letak, suhu, dan cara terjadinya.
1.    Menurut letaknya
·      Arus bawah ialah arus laut yang bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus bawah di Selat Gibraltar.
·      Arus atas ialah arus laut yang bergerak di permukaan laut, misalnya arus Kalifornia.
2.    Menurut suhunya.
·      Arus panas ialah bila suhu arus air laut lebih panas daripada suhu air laut di sekitarnya, misalnya arus teluk.
·      Arus dingin ialah bila suhu arus laut lebih dingin dari laut di sekitarnya, misalnya arus Labrador.
3.    Menurut terjadinya.
·      Arus karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.
·      Arus karena dingin
·      Arus karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
·      Arus karena pengaruh daratan/benua.
·      Arus karena pasang naik dan surut.
2)    Gelombang laut
Gelombang laut adalah gerakan permukaan air yang umumnya ditimbulkan oleh tiupan angin di atas laut. Aliran turbulensi dan energi angin menyebabkan terjadinya perubahan tegangan dan tekanan di atas permukaan laut
f.      Pengukuran kedalaman laut
Untuk mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut “menduga dalamnya laut”. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
                          1.       Batu Duga, cara ini disebut juga tali unting, merupakan cara mengukur kedalaman laut yang paling sederhana. Sebongkah besi diikat pada ujung tali dan sebuah tabung beserta alat pemberat diturunkan ke dasar laut. Sistem ini memerlukan waktu yang lama karena untuk mengukur kedalaman laut sampai 5000 m saja memerlukan waktu sampai satu jam. Selain itu, kedalaman laut yang sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali yang diturunkan sering condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
                          2.       Gema Duga, cara ini merupakan teknologi yang lebih maju dan mulai digunakan sejak tahun 1920. Cara ini menggunakan alat pengirim dan penerima gelombang suara. Suara dari alat pengirim akan merambat ke dasar laut dan sesampainya di dasar laut dipantulkan kembali ke atas. Pantulan kembali gema suara akan diterima oleh alat penerima di atas kapal. Alat gema duga sering dinamakan hidrofon. Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka dapat diketahui kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air laut 1.500 m/det, dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
Keterangan :
D  = kedalaman laut
t   = jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan gema suaranya.
v  = kecepatan suara dalam air.

Contoh :
Waktu antara dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya oleh hidrofon di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :

D = t x v   =  1500 x 7 = 5.250 meter
        2               2




g.    Kualitas dan karakteristik air laut
1.    Kualitas air laut
Kualitas air laut ditentukan oleh konsentrasi bahan kimia terlarut di dalam air. Permasalahan kualitas air dapatditimbulkan oleh proses alamiah maupun akibat ulah manusia.
2.    Suhu air lautsalah satu
Temperatur atau suhu air laut di suatu tempat ditentukan oleh tingkat pemanasan matahari, letak lintang dan letak geografis tempat tersebut, dan keadaan angin.
3.    Kecerahan air laut
Kecerahan atau warna air laut tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik yang ada di laut. Warna air laut ada beberapa macam karena beberapa sebab berikut :
·      Pada umumny lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
·      Warna kuning, karena dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai Kuning di Cina (sungai Huang Ho).
·      Warna hijau, karena adanya plankton2 dalam jumlah besar.
·      Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es, misalnya latu di Kutub Utara dan Selatan.
·      Warna ungu, karena adanya organism kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor, misalnya Laut Ambon.
·      Warna hitam, karena dasarnya terdapat lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
·      Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil dan rumput laut berwarna merah yang terapung-apung, misalnya laut merah.

4.    Salinitas air laut
Salinitas atau kadar garam air laut adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan gram) yang terdapat dalam satu liter air laut. Garam di laut berasal dari hasil2 pelapukan di daratan. Hasil2 pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam, yang oleh air sungai di larutkan, dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di setiap tempat laut memiliki salinitas (kadar garam) antara 33% hingga 37%. Pada air laut dalam, nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas air laut adalah 35%.
Menurut Clarke, di dalam air laut terdapat larutan garam seperti :
·      Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
·      Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
·      Kalium Sulfat (K2SO4) : 2,64%
·      Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
·      Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
·      Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
·      Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan kadar garam di laut tidak besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses penguapan bila dibandingkan dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar garam di laut ditentukan oleh faktor2 berikut :
·      Banyak sedikitnya air yang berasal dari gletser
·      Besar kecilnya curah hujan di tempat tersebut
·      Besar kecilnya penguapan di tempat tersebut
·      Besar kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.

h.    Mineral dalam laut
Mineral laut berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2. Antara lain adalah :
·      Garam, tempat2 pembuatan garam dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
·      Kapur, berasal dari kerang, globigerine (foraminifera), dan sebagainya.
·      Kalium karbonat, berasal dari sebangsa lumut (potash)
·      Fosfat, berasal dari tulang2 ikan dan kotoran burung pemakan ikan, dan biasanya untuk pupuk.

i.      Organisme dalam laut
Kekayaan fauna dan flora laut sama halnya dengan daratan. Umumnya organisme laut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
                        1.         Bentos, ialah binatang2 laut yang hidupnya di dasar laut. Bentos ini dapat pula dibagi menjadi dua golongan yaitu : (1) bentos sesial, yang hidupnya terikat pada suatu tempat, misalnya tiram, koral, jenis2 brochipoda dan sebagainya, dan (2)bentos vagil, yang bergerak di dasar laut, misalnya landak laut, siput laut, dan sebagainya.
                        2.         Pelagos, ialah organisme yang hidupnya tak tergantung pada dasar laut dan umumnya menjadi penghuni lapisan air bagian atas. Pelagos dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu (1) nekton, ialah golongan organisme yang mempunyai alat badan sendiri untuk bergerak sehingga dapat tinggal di daerah tertentu yang menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang keadaannya baik bagi mereka. Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton, ialah golongan organisme yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak. Gerakan mereka bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan suhu. Contoh : jenis2 binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera, dan tumbuh2an yang bersel satu misalnya algae, diatomea, demikian juga binatang2 bersel banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil.

j.      Endapan dalam laut
Sama halnya dengan di daratan, di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal dari sisa2 organisme yang mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan lumpur berturut-turut dari pantai ke laut dalam, yaitu :
1)    Endapan Lumpur Terigen, endapan yang terdiri dari materi2 halus, terutama materi2 dari daratan yang dibawa oleh sungai2.
2)    Endapan Lumpur Globigerina, yaitu endapan yang terdiri atas sisa2 binatang dan tumbuhan2 yang telah mati, terutama terdiri dari kapur berasam arang dan asam kersik. Lumpur globigerina di atas terutama terdapat di dasar laut yang dalamnya antara 2000 m sampai 4000 m.
3)    Endapan Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu endapan yang sebagian berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagian berasal dari sisa2 binatang yang amat kecil yang berangka zat kersik. Endapan ini terdapat pada laut yang dalam (4.000 – 7.000 m) dan tidak terdapat kapur atau persenyawaan2 kapur

D.       PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN PERAIRANLAUT SECARA BERKELANJUTAN
Manfaat wilayah perairanlaut dalam kaitannya dengan kehidupan manusia dapat dirinci sebagai berikut:
1.       Sebagai sarana transportasi
2.       Sebagai sumber energi
3.       Sebagai lahan perikanan
4.       Sebagai Lokasi pariwisata
5.       Sebagai Pengatur iklim
6.       Sebagai Lahan pertanian laut
7.       Sebagai Sarana pertahanan dan keamanan
Batas wilayah negara indonesia adalah sebagai berikut:
a.         Bagian utara, berbatasan dengan Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Malaysia, Laut Sulawesi, dan Samudra Pasifik
b.         Bagian timur, berbatasan denngan Samudra Pasifik dan Papua Nugini
c.         Bagian selatan, berbatasan dengan Timor Leste, Laut arafuru (antara Papua dan Australia) dan Samudra Hindia
d.         Bagian barat, berbatasan dengan Samudra Hindia

Batas laut
Batas laut adalah batas laut yang menjadi milik suatu negara berdasarkan kesepakatan internasional. Masalah batas-batas laut adalah masalah rawan. Oleh karenanya batas wilayah laut mempunyai sejarah panjang. Ada tiga batas laut, yaitu batas laut territorial, batas landas kontinen, dan batas laut zona ekonomi eksklusif (ZEE).
1)    Batas laut teritorial
Batas laut teritorial adalah batas laut yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar. Garis dasar adalah garis yang ditarik dari titik-titik terluar suatu pulau. Jarak antar titik-titik tidak boleh melebihi 200 mil. Indonesia mempunyai hak dan berdaulat penuh atas wilayah ini sehingga setiap kapal atau pesawat asing yang memasuki kawasan ini harus meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki wilayah ini.
Wilayah laut territorial yang disepakati oleh hukum laut internasional selebar 12 mil laut dari garis pantai. Sebelumnya hanya 3 mil dari masing-masing pulau, sehingga kepulauan Indonesia dipisahkan oleh perairan. Dengan banyaknya pulau, maka garis batas territorial 12 mil pada masing-masing pulau menjadi bergandengan satu dengan lainnya. Ketika belum ada ketentuan tentang batas territorial 12 mil, perairan laut yang ada di dalam wilayah Indonesia, seperti Laut Jawa, Laut Banda, Selat Makassar, Laut Bali dan sebagainya dianggap sebagai perairan internasional. Artinya menjadi milik umum masyarakat dunia. Kemudian pemerintah Indonesia membuat deklarasi penting dalam hal kelautan. Deklarasi itu adalah Deklarasi Juanda.
Sejak Deklarasi Juanda pada 13 Desember 1957, maka berubahlah status perairan pedalaman yang ada di wilayah Indonesia. Deklarasi itulah yang mengukuhkan konsep negara kepulauan (archipelagic state concept). Walaupun demikian internasional tidak langsung mengakui. Deklarasi Juanda akhirnya memperoleh dukungan oleh Hukum Laut Internasional pada tahun 1978 di Jenewa, disebut juga sebagai Konvensi Jenewa. Sebelum ada pengakuan internasional, bahwa wilayah laut adalah 12 mil, maka banyak laut di Indonesia menjadi wilayah laut internasional. Setelah adanya pengakuan internasional sesuai konvensi Jenewa, maka seluruh wilayah laut pedalaman Indonesia menjadi tertutup untuk pelayaran internasional.


2)    Batas landas kontinen
Apakah yang dimaksud landas kontinen itu? Landas kontinen adalah bagian dari benua yang terletak di bawah permukaan air laut. Batas landas kontinen ini diasumsikan 200 mil ditarik dari garis dasar dengan kedalaman yang tidak melebihi 150 meter. Sumber daya alam menjadi hak negara yang bersangkutan sepenuhnya, tetapi pelayaran non-militer bebas memasuki wilayah itu.
3)    Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
ZEE adalah kawasan perairan laut yang diukur sepanjang 200 mil dari garis dasar. Dalam hal ini negara yang bersangkutan hanya berhak atas pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Di samping batas-batas yang telah disebutkan di atas, batas wilayah laut antara dua negara diselesaikan melalui jalur perundingan antara dua belah pihak yang terkait seperti yang telah dilakukan antara Indonesia dan Malaysia.













DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, Isa. 1990. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Darmawijaya, Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 1995. Laut dan Kita. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Kebudayaan.
Endarto, Danang. 2010 Kosmografi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Hutabarat, Sahala dan Evans S.M. 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press.
Rahayu, Saptanti dkk. 2009. BSENuansa Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Tjasyono, Bayong. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT. Rosda Karya
Tjasjono, Boyong. 1999. Klimatologi Umum. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).
Waluya, Bagja. 2009. Memahami geografi SMA/MA kelas X Semester I dan II. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wardiyatmoko.K. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta : Erlangga.
www.psb-psma.org




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar